Saturday, August 3, 2013

Beranda » Menjadi Ibu Yatim Piatu dan Anak Dhuafa

Menjadi Ibu Yatim Piatu dan Anak Dhuafa

KOMPAS.com - Tak jauh dari pusat bisnis dan pusat belanja di Jakarta, anak-anak yatim piatu, juga anak dari keluarga tak mampu menaruh harapannya pada sebuah panti yang dikenal selama tiga generasi. Adalah Fachria, generasi ketiga dari pengurus Panti Asuhan Yatim Piatu Muslimin Jaya yang meneruskan amanat keluarga untuk menyantuni dan melindungi yatim piatu juga anak dhuafa.

Panti Asuhan yang berlokasi di Jl Dr Saharjo Manggarai Selatan, Jakarta ini mengasuh 105 anak. Namun tak semua anak diasuh di Jakarta. Meski begitu, kebanyakan yatim piatu yang membutuhkan bantuan dan perhatian ini berasal dari Jakarta, selain dari beberapa daerah di pulau Jawa.

"Sekitar 61 anak tinggal di panti di Jakarta, sisanya diasuh di panti cabang Muslimin Jaya di Sukabumi. Kakak saya yang mengurus panti di Sukabumi," tutur Fachria kepada Kompas Female di sela buka puasa bersama Avrist di Masjid At Taqwa Sriwijaya, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Selain menggunakan dana pribadi keluarga yang mengelola panti sejak 1977, Panti Asuhan Muslimin Jaya juga meraih kepercayaan sejumlah donatur yang peduli dengan yatim piatu serta anak dhuafa.

Dana dari para donatur inilah yang juga menghidupi anak-anak yatim piatu, dalam memenuhi kebutuhan hariannya. Mereka setidaknya punya tempat tinggal yang layak, bisa makan dan minum setiap hari, serta berkesempatan melanjutkan pendidikan.

"Anak-anak sekolah di luar panti, saat kembali ke panti kami membekali dengan ilmu agama," tutur Fachria.

Rumah, makanan, dan pakaian memang menjadi kebutuhan utama anak-anak tanpa ayah ibu ini. Meski begitu, mereka lebih membutuhkan perhatian yang diberikan dengan tulus oleh Fachria dan para pengurus panti, juga para donatur yang peduli.

"Mereka mengingatkan kami tentang kasih sayang. Mereka adalah anak-anak yang kurang mendapatkan kasih sayang. Beberapa adalah anak-anak tidak mampu, korban perceraian atau ditinggalkan begitu saja oleh orangtuanya. Mereka butuh perhatian, selain pendidikan," ungkap Fachria seraya menyebut satu anak yang ditinggalkan di panti sejak usia satu tahun oleh orangtua yang tidak pernah memberi kabar hingga kini.

Menurut Fachria yang sudah 12 tahun mengurus anak yatim piatu dan dhuafa di panti ini, hingga kini ratusan alumni panti sudah mampu hidup mandiri berkat bantuan berbagai pihak.

"Ada yang sudah bekerja, menikah, mereka hidup mandiri saat ini," tuturnya.

Jika Fachria dalam kesehariannya memberikan kasih sayang, perhatian, dan memenuhi berbagai kebutuhan anak yatim piatu, berbagai kalangan dan perusahaan pun berbondong-bondong berbagi perhatian dan materi kepada para yatim piatu selama Ramadhan.

Ramadhan membawa keberkahan bagi para yatim piatu yang membutuhkan perhatian dan kasih sayang, tak semata materi sebagai bentuk santunan.

"Hampir setiap hari ada undangan berbuka puasa bersama. Mereka menemukan kami lewat website, kemudian menghubungi kami untuk menghadiri buka puasa bersama," tutupnya.

Editor :

Wawa


http://female.kompas.com/read/xml/2013/08/03/1904308/Menjadi.Ibu.Yatim.Piatu.dan.Anak.Dhuafa