Kompas.com - Seringkah Anda merasa sudah melakukan semua hal supaya si kecil tenang tapi tak ada hasilnya? Periksa popoknya tidak basah, disusui tidak mau, digendong tetap menangis, diletakkan di boks tambah rewel. Rasanya semua cara sudah dilakukan tapi kok si kecil tetap tidak tenang. Apa yang harus dilakukan?
Ternyata tenang atau tidaknya bayi dipengaruhi oleh tenang atau tidaknya sang ibu. Sebuah penelitian dilakukan Paul Wilson dan Tania Wilson dari Calm Centre terhadap ibu-ibu yang sedang menyusui. Penelitian meliputi aktivitas gelombang otak yang diobservasi dan dicatat selama beberapa waktu.
Dari hasil penelitian itu diperoleh fakta bahwa pola yang terekam dari aktivitas otak bayi yang sedang disusui hampir identik dengan sang ibu. Pada saat ibu atau bayi mengalami gangguan, misalnya bayi buang angin atau ibu merasa terganggu, maka gelombang otak yang lain akan mengikuti perubahan tersebut.
Kesimpulannya, dua orang yang mempunyai ikatan batin yang kuat, emosi mereka cenderung bekerja secara pararel. Jika yang satu relaks, yang lain juga relaks. Jika yang satu tegang, yang lain juga tegang. Dengan kata lain ibu yang mudah panik akan memiliki anak yang juga mudah panik sedang ibu yang tenang akan memiliki anak yang tenang juga. Sekarang Anda mengerti kan, mengapa si kecil masih tetap rewel meski segala hal sudah Anda lakukan? Jangan-jangan justru Anda yang "menularkan" rasa tidak tenang itu kepadanya.
Mengapa hanya kondisi ibu yang berpengaruh pada bayinya? Karena umumnya ibu lebih intens berinteraksi dengan bayinya. Setidaknya selama 6 bulan di awal kehidupan bayi, ibu memberikan ASI eksklusif yang membentuk ikatan batin yang "eksklusif" pula dengan bayinya.
Selain itu, dari hasil penelitian diperoleh fakta, umumnya ibu lebih memerhatikan perasaan bayinya ketimbang ayah yang cenderung ingin segera memecahkan "masalah" atas kondisi yang ada. Kecenderungan ini pula yang membedakan kualitas ikatan batin ibu dan bayi dengan ayah dan bayi. Contohnya, saat bayi menangis, ayah cenderung hanya berkutat mencari penyebabnya seperti ngompol atau haus, sedangkan ibu lebih peka dengan mencoba merasakan apa yang sedang dirasakan bayinya.
Nah, karena hubungan batin ibu dan bayi sedemikian kuat, maka penting bagi ibu untuk memelihara sikap relaks supaya bayinya juga tertular perasaan relaks dan berperilaku tenang.
Jelasnya, perilaku yang diharapkan dari bayi harus dimulai dari ibu dulu. Meski sedang banyak tekanan, terutama bagi ibu bekerja, usahakan saat berdekatan dengan bayi, buang jauh-jauh segala keruwetan itu.
Bayangkan keberadaan Anda membuat bayi merasa aman, terlindungi, dan bahwa segala yang ada di dunia ini baik-baik saja. Bila ibu belum bisa santai menghadapi tekanan, tip ini bisa dilakukan:
Katakan pada diri Anda bahwa Anda punya banyak waktu untuk berdua dan melakukan apa saja dengan si kecil.
- Tarik napas dalam, dengarkan napas Anda, coba relaks dan lupakan tekanan yang ada karena bayi Anda jauh lebih berharga daripada tekanan apa pun.
- Bila belum bisa, coba kompres wajah Anda dengan air hangat.
- Bila rasa tenang tak kunjung datang, mandilah dengan air hangat. Air hangat akan membantu memperlancar peredaran darah dan membangkitkan rasa tenang.
- Jika Anda tengah dalam tekanan berat, menangislah jika ingin menangis. Namun, jangan lakukan di hadapan bayi. Carilah tempat tertutup di ruangan lain. Jika sudah puas menangis, tarik napas panjang dan bulatkan tekad bahwa inilah waktu bersenang-senang dengan bayi.
- Selama Anda menenangkan diri, bayi bisa diserahkan sementara kepada ayahnya atau pengasuh.
Sumber :
Editor :
Lusia Kus Anna
http://female.kompas.com/read/xml/2013/09/21/1202379/Tenang.Tidaknya.Bayi.Ditentukan.Ketenangan.Ibu