Diana, sebut saja namanya, ikut dalam program khusus ini dengan membayar biaya senilai sekitar Rp 300.000. Dia dipertemukan dengan 13 perempuan lain, serta 14 pria yang masih lajang. Prosesnya adalah mereka akan dihadapkan satu sama lain dalam satu ruangan.
Jika biasanya kencan dimulai dari obrolan sederhana lalu berlanjut ke obrolan intens seiring waktu berjalan, silent dating tidak demikian. Tak ada pembicaraan, karena para peserta program ini berkomunikasi lewat bahasa tubuh atau menirukan suara lain dalam durasi dua jam.
Adam Taffler, yang menggagas program perjodohan "Ssh Dating" ini mengatakan, dirinya melihat bahwa kencan sambil menikmati alkohol dan obrolan tidak begitu berhasil dalam menampilkan karakter asli masing-masing. Dia menginginkan sesuatu yang lebih intim dan mendekatkan calon pasangan.
"Ketika kita tidak bisa berbicara dengan seseorang yang ada di hadapan kita, maka komunikasi masuk pada level yang lebih dalam dan intim," ujarnya beralasan.
Benarkah demikian? Diana merasakan hal yang berbeda. Lucy Baker, sebagai organizer mengawali program dengan menjelaskan cara mainnya. Pertama, tidak boleh ada komunikasi verbal. Masing-masing akan duduk saling berhadapan untuk beberapa menit, dan diizinkan untuk membuat suara atau isyarat.
Pada awalnya diam yang benar-benar diam. Lalu setiap orang lalu mulai berbicara lewat tatapan mata sebelum kemudian berjabat tangan. Diana pertama berkenalan dengan salah satu pria berjanggut lebat. Dia tersenyum, lalu Diana balas senyum. Pada awalnya, Diana mengaku agak terasa janggal. Namun kemudian suasana mencair begitu Lucy mengajak semua yang ada di sana melompat ke udara dan berteriak untuk melepaskan ketegangan.
Mereka lalu diminta berpasangan. Si pria berjanggut lalu memberi reaksi, menunjuk anting, dan memberi jempol. Diana balas memberi jempol. Begitu bel berbunyi, mereka berganti pasangan. Kali ini Diana berhadapan dengan pria bermuka lebar dan dipenuhi bintik-bintik merah.
Lagi-lagi dia mendapat jempol untuk antingnya. Pria lain yang ia dapati kemudian membuat isyarat, apakah dia bermain piano. Diana lalu mengangguk dan memberi suara tinggi sebagai tanda bahwa ia juga jago menyanyi. Keduanya tertawa, dan suasana menjadi lebih hangat.
Seiring berjalan waktu, Diana mulai merasa relaks dengan kencan tanpa suara ini. Kadang ia menggonggong menirukan suara anjing ketika ada pertanyaan isyarat akan binatang piaraan. Obrolan berlanjut sampai ke hal-hal kecil lainnya, tapi masih dalam gestur gerak tangan.
Pengalaman dalam diam kemudian dirasa Diana menyenangkan. Meski tanpa bicara, tatapan mata dan gerak tubuh memberikan rasa intim yang berbeda. Ketika perhatian lalu terarah pada gerak bibir, ada gairah yang sedikit muncul.
Jadi, apakah benar rasa itu bisa muncul walau dalam keadaan diam sekalipun? Mungkin praktik bisa membuktikannya.
Sumber :
Editor :
Felicitas Harmandini
http://female.kompas.com/read/xml/2013/07/31/1407310/Kencan.dalam.Diam.Terasa.Lebih.Intim