Kini, masih kata Xavi, Toure sudah hijrah ke Manchester City, dan Muslim lainnya datang ke Camp Nou, yaitu Ibrahim Afellay. Jika dulu Yaya Toure yang sering memimpin shalat, bagi rekan-rekan sesama Muslim, kini Keita yang ditasbihkan sebagai imam. “Abidal, Keita, dan Afellay adalah Muslim yang hebat,” puji Xavi.
Playmaker Timnas Spanyol itu mengungkapkan, yang memprovoksi rasa ingin tahunya soal Islam adalah saat Ramadhan tiba. Ia yakin akan sangat sulit bagi Keita, Abidal, dan Afellay tidak makan dan minum selama 12 sampai 15 jam dalam cuaca panas. “Mereka bisa melakukannya. Luar biasa. Semakin bertambah hormat saya kepada mereka yang menjalankan kewajiban agamanya dengan taat,” kata gelandang 32 tahun tersebut.
Menurut Xavi, dirinya juga berupaya menjalan kewajiban sebagai pemeluk Katolik dengan baik, dan rekan-rekan Muslim di tim Barcelona menghormatinya. “Itulah sepakbola, olahraga yang membawa kami — yang berbeda agama dan budaya– dalam kebersamaan,” kata Xavi pemain yang mengantarkan Spanyol mengawinkan gelar Piala Eropa 2008 dan Piala Dunia 2010 itu mengakhiri.
Republika | Fimadani