Secara prinsip, dipastikan perlawanan memiliki pesawat “hantu”. Penjajah Israel gagal mendeteksi pesawat ini melalui radar dan pesawat mata-mata yang terbang memenuhi langit Jalur Gaza sepanpang waktu. Bahkan apabila perhatian ini fokus maka akan kita dapati bahwa perlawanan telah melancarkan “perang elektronik” yang membuatnya mampu menentukan sejumlah target.
Hal ini dibuktikan selam agresi Israel terakhir, ketika pasukan militer Israel menjadi target, terutama pasukan cadangan, dengan menggunakan puluhan roket. Meskipun pasukan ini berada pada jarak yang jauh dan tidak terlihat oleh pandangan mata. Bahkan hal ini membutuhkan alat tertentu untuk mengatahui posisinya dengan pasti sebelum dilancarkan serangan. Dan itulah yang terjadi, sementara caranya masih dirahasiakan.
Siapapun yang mengamati dengan seksama terhadap pernyataan-pernyataan perlawanan Palestina selama agresi terakhir Zionis yang berlangsung selama delapan hari, pasti memperhatikan serangan perlawanan Palestina terhadap pasukan militer Israel di sekitar Jalur Gaza terjadi beberapa kali.
Hal ini menjadi catatan bahwa perlawanan memiliki “akurasi untuk mengenai sasaran” selama gempuran yang dilancarkan ke target-target militer bergerak (yang sebelumnya tidak ada di lapangan sebelum agresi ke Jalur Gaza, terutama pasukan darat dan pasukan cadangan). Juga target permanen lainnya yang sensistif dan strategis. Sebagaimana ditegaskan militer Zionis Israel yang mengakui di beberapa lokasi ini jatuh roket-roket perlawanan, terutama di lokasi yang menimbulkan korban tewas dan terluka. Namun pertanyaan penting di sini adalah: bagaimana perlawanan di Gaza mampu menentukan lokasi-lokasi ini dengan akurat dan menggempurnya dengan roket?
Seperti serangan berulang-ulang ke kota Keryat Malakhi (di dalam wilayah Palestina terjajah 1948) dengan banyak roket. Yang menurut militer Israel bahwa di dalam kota ini ada markas komando utama pasukan infanteri. Hal ini jelas menjadi catatan tersendiri.
Brigade al Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam Hamas, dalam pernyataannya secara khusus menyebutkan bahwa perlawanan Palestina menggempur target-target strategis setelah menentukan update lokasinya secara geografis. Di antaranya adalah pangkalan angkatan udara Hatsrim dan Balmahim, pangkalan angkatan darat Teslim, pangkalan seniper militer yang dikenal dengan nama “pangkalan 8200”, lokasi kamera mata-mata, markas intelijen, markas pengiriman di pangkalan Zikim, lokasi radar di timur Khan Yunis, di samping serangan ke lokasi-lokasi pasukan artileri dan berbagai lokasi pasukan militer dan kendaraan berat di dekat perbatasan Jalur Gaza.
Serangan terhadap lokasi-lokasi ini, jika diperhatikan, tidak hanya dengan satu buah roket, namun dengan beberapa buah roket. Di mana di satu lokasi serangan mencapai 12 buah roket. Ada juga lokasi penting yang mengalami berulang kali serangan selama agresi. Terutama lokasi pasukan militer. Di samping penggunaan roket Katiyosha, Grad, Qassam, roket 107 dan mortir dalam serangan ke lokasi-lokasi tersebut.
Para pakar militer menegaskan bahwa kemampuan perlawanan Palestina menentukan target-target secara akurat selama pertempuran dan mengenai target-target yang ditentukan, memberikan isyarat akan memampuan perlawanan: kemungkinan mampu menerobos barisan musuh dengan SDM, melalui keberadaan para pengintai di lokasi sangat dekat dengan musuh, dan keberadaan mereka di dalam terowongan di bawah tanah bukanlah hal yang tidak mungkin, atau dengan menerobos jaringan telepon militer pasukan Zionis, atau dengan menerobos markas komando militer Israel yang mengeluarkan informasi gerakan pasukan, melalui “perang elektronik” yang dampaknya nampak selama perang dan setelahnya.
Ada baiknya kita perhatikan pernyataan Jurubicara al Qassam Abu Ubaidah keapda media massa Palestina pada hari Senin (26/11) ketika dia mengatakan, pihaknya memanfaatkan dengan baik intruksi dan informasi yang berhasil dideteksinya.
Pesawat "Hantu"
Terlepas dari realitas yang terjadi, namun yang pasti bahwa sisi pendeteksian target-target musuh tidak mungkin hanya dilakukan dengan mata telanjang saja. Apa yang berhasil dicapai lebih dari itu. Namun pertanyaannya adalah apakah mungkin pesawat mata-mata Palestina memiliki peran nyata dalam pertempuran ini. Jika demikian, kenapa keberadaannya tidak terdeteksi oleh pesawat-pesawat penjajah Israel.
Dalam pernyataan khusus kepada kantor berita Arab “quds press”, Wakil Kepala Biro Politik Hamas, Musa Abu Marzuq, untuk pertama kalinya mengungkap tentang kepemilikan pesawat tanpa awak oleh al Qassam. Pesawat ini memiliki peran dalam mendeteksi sejumlah target militer Zionis Israel, tegas Abu Marzuq.
Abu Marzuq menegaskan bahwa pesawat ini berhasil melakukan pengintaian udara dua kali sebelum agresi terakhir ke Jalur Gaza. Pesawat berhasil memotret dan mendeteksi target-target militer Zionis dan kembali ke pangkalan dengan selamat, tanpa bisa dideteksi oleh teknologi canggih Zionis atau menargetnya.
Pesawat “hantu”, itulah yang langsung ada dalam benak orang. Apakah itu berupa pesawat pembunuh Amerika berukuran besar yang mampu terbang tinggi membawa peralatan teknologi canggih sehingga sulit dideteksi oleh radar? Yang pasti, perlawanan Palestina nampaknya telah mampu mengembagkan pesawat “hantu” yang tidak terdeteksi oleh radar. Karena jika tidak, pastilah penjajah Israel sudah menjatuhkannya dengan segara.
Abu Marzuq menegaskan bahwa kemampuan Brigade al Qassam masih selamat seratus persen. Bahkan al Qassam mengembangkannya lebih banyak lagi. “Sekarang ini ada ujucoba yang sukses membuat pesawat tanpa awak. Pesawat ini berhasil melakukan dua ujicoba sebelum perang mengambil gambar sejumlah target dan kembali dengan selamat.”
Ada bukti ril yang memperkuat laporan ini menganai kemapuan perlawanan yang mendeteksi dan menggempur target-target militer Israel dengan akurat. Hal ini setelah tuduhan militer Israel terhadap orang-orang Palestina 1948 di perkampungan badua, yang dituduh memberikan informasi penting kepada kelompok Palestina saat agresi berlangsung ke Jalur Gaza, sehingga roket-roket perlawanan mengenai barak-barak militer Israel dan pusat-pusat konsentrasi militer di sekitar Jalur Gaza.
Meskipun Israel mengumumkan berhasil merealisasikan target agresinya, namun jurubicara militer Israel menegaskan bahwa operasi militer ke Jalur Gaza yang dinamakan “pilar awan” akan dilakukan investigasi seperti operasi militer lainya yang dilakukan pasukan Israel. Investigas yang disebutnya rahasia ini mencakup semua masalah termasuk potensi pemberian informasi kepada faksi-faksi perlawanan saat perang berlangsung dari badui Palestina 1948.