Ketika berhadapan dengan para tukang sihir pilihan Fir’aun, Musa diberi petunjuk untuk menggunakan tongkatnya: “…Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang.”(QS: 20; 68-69)
Ketika Musa dan kaumnya terjepit di antara lautan dan musuh yang mendekat, Musa diberi petunjuk untuk menggunakan tongkatnya: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.” (QS 26 :63)
Kerika terjadi krisis air-pun sekali lagi Musa diberi petunjuk untuk menggunakan tongkatnya: “Pukullah batu itu dengan tongkatmu”. Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing) Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.” (QS: 2 :60)
Allah, Tuhan yang sama yang memberi Nabi Musa ‘Alaihi Salam mukjizat melalui tongkatnya – tentu sangat kuasa untuk memberi mukjizat kepada siapapun yang dikehendakiNya dan kapan-pun Dia kehendaki. Untuk kita yang hidup di akhir jaman ini – mukjizat itu-pun disesuaikan dengan jaman kita. Bukan lagi berupa tongkat, tetapi sebuah sumber ilmu yang tidak akan habis digali, sumber petunjuk yang tidak akan pernah menyesatkan siapa saja yang mengikutinya.
Ketika umat ini tersihir dengan kemajuan teknologi umat yang lain, keperkasaan ekonomi umat yang lain dan tekanan politik pemikiran umat yang lain – maka waktunya umat ini untuk menggunakan ‘tongkat – mukjizatnya’ – yaitu kembali kepada petunjuk-petunjuk yang ada di Al-Qur’an untuk meraih keunggulan dan mengalahkan segala bentuk sihir modern yang kita hadapi ini.
Ketika umat ini terjepit di antara musuh-musuh yang semakin mendekat siap meng-kooptasi segala aspek kehidupan kita, di tengah keterbatasan ilmu dan sumber daya lainnya yang kita miliki – maka kinipun waktunya kita kembali pada ‘tongkat –mukjizat’ kita, kembali ke Al-Qur’an untuk mencari solusi yang bisa jadi belum pernah terbayangkan oleh kita sebelumnya. Solusi yang bisa membelah lautan-pun dimungkinkan melalui Mai’ya Robbi – Tuhanku bersamaku.
Ketika dunia menghadapi berbagai krisis pangan, energi dan air (FEW – Food, Energy and Water), maka kita-pun waktunya kembali ke ‘tongkat- mukjizat’ untuk mampu mengeluarkan air (juga pangan dan energi) – bahkan dari tempat yang tidak terduga sekalipun – ‘air yang memancar dari bebatuan’.
Ini semua dimungkinkan karena Allah sendiri yang sudah menjanjikan kita solusi atau jawaban atas segala permasalahan yang kita hadapi : “ …dan Kami turunkan kepadamu Kitab Al-Qur’an sebagai penjelasan (jawaban) bagi segala hal…”. (QS 16 :89)
Bayangkan bila di tangan kita ada tongkatnya Nabi Musa – seperkasa apa kita saat ini?. Padahal ‘tongkat’ itupun bener-bener ada di tangan kita kini – hanya saja tentu sesuai jamannya – tidak secara harfiah berbentuk tongkat. Dia berupa Kitab yang di dalamnya memberikan jawaban atas segala hal yang kita hadapi atau perlukan saat ini.
Sesuai jamannya pula, penggunaan ‘tongkat’ ini tidak lagi dengan cara dipukulkan seperti pada jamannya Nabi Musa – tetapi dengan cara yang paling sesuai untuk jaman modern ini, yaitu dengan dibaca, dihafalkan, dipahami, diamalkan dan juga diajarkan. Lima hal ini yang perlu rame-rame kita budayakan (kembali) kini.
Di tangan kita ada mukjizat yang tidak kalah dengan mukjizat tongkatnya Nabi Musa, diberikan oleh Allah – Tuhan yang sama dengan Tuhan-nya Nabi Musa – maka seyogyanya umat ini siap menghadapi Fir’aun-Fir’aun siapapun Fir’aun itu di jaman kini. Seyogyanya umat ini bisa keluar dari seluruh ancaman dan problema jaman, mulai dari ancaman musuh, kendala alam sampai krisis pangan , energi dan air. InsyaAllah kita bisa.(hidayatullah/ugt)