Al-Qur'an dan pusat penglihatan serta pendengaran
Di dalam Al-Qur'an, mata beberapa kali di sebutkan di dalam Al-Qur'an bersama-sama dengan telinga, baik dalam bentuk tunggalnya maupun dalam bentuk jamaknya. Kemunculan "mata" dan "telinga" pada satu ayat terdapat pada Al-Maaidah (5) ayat 45, Al-A'raaf (7) ayat 179 dan 195 yang terjemahannya sebagai berikut :
[5:45] Dan kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata (wal-'ayna bil-'ayni / tunggal), hidung dengan hidung, telinga dengan telinga (wal-udzuna bil-udzuni / tunggal), gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada kisasnya. Barang siapa yang melepaskan (hak kisas) nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang lalim.
[7:179] Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (a'yunun / jamak)(tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (aadzaanun / jamak) (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
[7:195] Apakah berhala-berhala mempunyai kaki yang dengan itu ia dapat berjalan, atau mempunyai tangan yang dengan itu ia dapat memegang dengan keras, atau mempunyai mata (a'yunun / jamak) yang dengan itu ia dapat melihat, atau mempunyai telinga (aadzaanun / jamak) yang dengan itu ia dapat mendengar? Katakanlah: "Panggillah berhala-berhalamu yang kamu jadikan sekutu Allah, kemudian lakukanlah tipu daya (untuk mencelakakan) ku, tanpa memberi tangguh (kepada ku).
Menarik untuk diperhatikan bahwa di dalam Al-Qur'an pun menyebutkan kata yang berarti "penglihatan" dan "pendengaran" secara berurutan dalam satu ayat yang sama, tidak kurang dari 12 ayat. "Penglihatan" dan "pendengaran" yang mengacu kepada manusia ini selalu di sebutkan "pendengaran" terlebih dahulu kemudian "penglihatan", walaupun ketika menyebutkan "mata" dan "telinga", Al-Qur'an menyebutkan "mata" terlebih dahulu kemudian "telinga". Kemudian, walaupun "mata" dan "telinga" disebutkan baik dalam bentuk kata benda tunggal dan jamak bagi keduanya, tidak begitu halnya dengan "penglihatan" dan "pendengaran". "Pendengaran" selalu disebutkan dalam bentuk kata benda tunggal, sedangkan "pendengaran" disebutkan dalam bentuk kata benda jamak.
[2:7] Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran (sam'i / tunggal) mereka, dan penglihatan (bashaari / jamak) mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.
[2:20] ... Jika Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran (bisam'i / tunggal) dan penglihatan mereka (wa-abshaari / jamak). Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.
[6:46] Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran (sam'akum / tunggal) dan penglihatan (wa-abshaarakum / jamak) serta menutup hatimu, siapakah tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepadamu?" ...
[10:31] Katakanlah: Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran (al-sam'a / tunggal) dan penglihatan (wal-abshaara / jamak) ...
[16:78] Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran (al-sam'a / tunggal), penglihatan (wal-bashaara / jamak) dan hati, agar kamu bersyukur.
[16:108] Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran (wasam'ihim / sam'i->tunggal) dan penglihatannya (wa-abshaarihim / abshaara->jamak) telah dikunci mati oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang lalai.
[23:78] Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran (al-sam'a / tunggal), penglihatan (wal-abshaara / jamak) dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur.
[32:9] Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan) -Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran (al-sam'a / tunggal), penglihatan (wal-abshaara / jamak) dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.
[41:20] Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran (sam'uhum / sam'u->tunggal), penglihatan (wa-abshaaruhum / abshaaru->jamak) dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan.
[41:22] Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran (sam'ukum / tunggal), penglihatan (abshaarukum / jamak) dan kulitmu terhadapmu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan.
[46:26] Dan sesungguhnya Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam hal-hal yang Kami belum pernah meneguhkan kedudukanmu dalam hal itu dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran (sam'an / tunggal), penglihatan (abshaaran / jamak) dan hati; tetapi pendengaran (sam'uhum / tunggal), penglihatan (walaa-abshaaruhum / jamak) dan hati mereka itu tidak berguna sedikit jua pun bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya.
[67:23] Katakanlah: "Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran (al-sam'a / tunggal), penglihatan (wal-abshaara / jamak) dan hati". (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.
Urutan selalu menjadi keistimewaan dan keajaiban Al-Qur'an. Ketika menyebutkan "mata" dan "telinga" secara berurutan dalam satu ayat, "mata" selalu disebutkan terlebih dahulu karena secara anatomi, mata memang terletak di depan telinga. Akan tetapi ketika membicarakan "pendengaran" dan "penglihatan", konteksnya telah berubah bukan lagi sebagai anatomi, akan tetapi menjadi persepsi indera. Persepsi indera diolah oleh otak manusia, dan bagian yang mengolah pendengaran dan penglihatan manusia adalah bagian otak yang berbeda. Dengan ilmu pengetahuan saat ini diketahui bahwa penglihatan di olah oleh bagian occipital lobe otak yang terletak di bagian belakang otak, sedangkan pendengaran di olah oleh bagian temporal lobe yang berada di depan occipital lobe. Jadi secara posisi di dalam otak "pendengaran" berada di depan "penglihatan". Sesuatu yang telah di isyaratkan 15 abad yang lalu oleh Al-Qur'an dan bersesuaian dengan apa yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan di masa sekarang.
Hal yang menarik lainnya adalah ketika menyebutkan kata "pendengaran" Al-Qur'an selalu menyebutkannya dalam bentuk kata benda tunggal sam'i, sedangkan "penglihatan" disebutkan Al-Qur'an sebagai kata benda jamak abshaari. Jika ilmu pengetahuan saat ini mengetahui bahwa penglihatan di olah oleh kedua bagian otak baik otak kiri maupun otak kanan sebagaimana yang digambarkan pada gambar di bawah ini, maka lain halnya dengan pendengaran.
Tidak seperti penglihatan, otak kiri dan otak kanan mengolah jenis suara yang berbeda. Pusat pendengaran di otak kiri berfungsi untuk mengolah suara yang berhubungan dengan komprehensi, pembelajaran dan pemahaman percakapan, sedangkan otak kanan mengolah suara yang berhubungan dengan estetika seperti musik. Mengutip artikel dari "http://www.nytimes.com/2004/09/14/science/14ear.html?_r=0", dikatakan bahwa :
While the idea that the left and right ears are not identical is new, scientists have known for decades that the two sides of the brain sort out sound in different ways. Speech is processed primarily in the left hemisphere of the brain, while music is handled largely by the right, hence the tendency to associate creativity with "right-brain" dominance and analytical thinking with "left-brain" supremacy.
Kemudian di akhir artikel yang sama juga di katakan :
In other studies, researchers have found that children with hearing loss in the right ear tend to have more problems in school than children who are deaf in the left ear. The new findings suggest that the right ear is critical for learning situations.
Hal senada di katakan dalam artikel "http://www.eurekalert.org/pub_releases/2004-09/uoc--lar090804.php" sebagai berikut :
Scientists have long understood that the auditory regions of the two halves of the brain sort out sound differently. The left side dominates in deciphering speech and other rapidly changing signals, while the right side leads in processing tones and music. Because of how the brain's neural network is organized, the left half of the brain controls the right side of the body, and the left ear is more directly connected to the right side of the brain.
Selanjutnya pada artikel yang berjudul "Right ear is 'better for hearing' " (http://news.bbc.co.uk/2/hi/health/8116321.stm) ketika membahas kesimpulan artikelnya, menuliskan :
In conclusion, the researchers said: "Talk into the right ear you send your words into a slightly more amenable part of the brain. These results seem to be consistent with the hypothesised specialisation of right and left hemispheres."
"Pendengaran" yang dimaksudkan Al-Qur'an jelas adalah pendengaran untuk mengerti apa yang di sampaikan, mengerti peringatan-peringatan Allah yang diperdengarkan, bukan dalam konteks mendengarkan suara yang sifat estetika seperti musik. "Pendengaran" yang seperti ini di olah oleh satu bagian otak yaitu otak kiri. Tidak seperti penglihatan yang diolah simultan baik oleh otak kiri dan otak kanan, pendengaran dalam kaitannya mengolah pembelajaran, nasihat dan peringatan, diolah oleh otak bagian kiri. Hal ini diisyaratkan dalam Al-Qur'an dengan menyebutkan "pendengaran" dalam bentuk kata benda tunggal dan "penglihatan" dalam bentuk kata benda jamak. Sekali lagi, sesuatu yang telah di isyaratkan 15 abad yang lalu oleh Al-Qur'an dan bersesuaian dengan apa yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan di masa sekarang.
Bagian otak yang mengerti pembicaraan menurut Al-Qur'an
Ketika membicarakan mengenai perumpamaan orang-orang yang kafir, Allah menyebutkan di dalam Al-Qur'an bahwa orang-orang yang kafir itu tuli, bisu dan buta. Baik tuli, bisa ataupun buta, dalam hal ini ketiganya terkait dengan persepsi indera, sebagaimana yang disebutkan dalam Al-baqarah (2) ayat 18 dan 171 serta Al-An'aam ayat 39. Kaitannya dengan persepsi karena dikatakan di Al-Baqarah ayat 171 bahwa orang-orang kafir itu dikatakan tuli, bisu dan buta karena mereka tidak mengerti atau tidak mampu mengolah tanda-tanda yang Allah berikan ke arah yang benar, menuju jalan Allah.
[2:18] Mereka tuli, bisu (bukmun) dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).
[2:171] Dan perumpamaan (orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu (bukmun) dan buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti.
[6:39] Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah pekak, bisu (bukmun) dan berada dalam gelap gulita. Barang siapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya disesatkan-Nya. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya petunjuk), niscaya Dia menjadikannya berada di atas jalan yang lurus.
Tuli, bisu, dan buta dalam kaitannya dengan persepsi selalu di tuliskan berurutan dengan "bisu" di antara "tuli" dan "buta" dengan pengecualian ayat Al-Israa' (17) ayat 97 yang menuliskan "buta, bisu, tuli" karena pada ayat ini tidak mengacu kepada persepsi akan tetapi pada kondisi fisik anatomi sebenarnya yaitu mata yang dibutakan, telinga yang ditulikan dan pita suara di mulut yang dihancurkan.
[17:97] Dan barangsiapa yang ditunjuki Allah, dialah yang mendapat petunjuk dan Barang siapa yang Dia sesatkan maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Dia. Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat (diseret) atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu dan pekak. Tempat kediaman mereka adalah neraka Jahanam. Tiap-tiap kali nyala api Jahanam itu akan padam Kami tambah lagi bagi mereka nyalanya.
Dalam bagian otak, ada beberapa bagian yang berfungsi dalam kaitannya dengan bukmun (dumbness). Pada gambar struktur otak di atas terlihat ada yang dinamakan "speech production" dan "languange comprehension/word understanding/understanding speech or using words/naming sounds and noun". Dari ketiga ayat mengenai bukmun di atas, jelas yang dimaksud bukan sekedar "bisu" dalam arti tidak mampu berbicara. Akan tetapi bukmun yang dimaksud adalah ketidak mampuan untuk mengerti apa yang ditangkap oleh telinga dan oleh mata, dengan kata lain adalah bodoh. Hal ini diperjelas dalam surah An-Nahl (16) ayat 76 dan surah Al-Anfaal (8) ayat 22. Bahkan dalam surah Al-Anfaal ayat 22 ditekankan keterkaitan "tuli" dan bukmun dengan dengan "tidak mengerti apapun", karena apa yang dengar oleh telinga dan di interpretasikan oleh pendengaran, tidak dapat dimengerti lebih baik oleh otak.
[16:76] Dan Allah membuat (pula) perumpamaan: dua orang lelaki yang seorang bisu (abkamu), tidak dapat berbuat sesuatu pun dan dia menjadi beban atas penanggungnya, ke mana saja dia disuruh oleh penanggungnya itu, dia tidak dapat mendatangkan suatu kebajikan pun. Samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada pula di atas jalan yang lurus?
[8:22] Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang tuli dan bukmun yang tidak mengerti apa-apa pun.
Kemudian di dalam Arabic-English Lane's Lexicon, disebutkan ketika menjelaskan arti bukmun sebagaimana yang tunjukkan pada capture-an di bawah ini :
Jadi bukmun yang menyebabkan seseorang tidak mampu mengerti masalah atau apa yang disampaikan dan dikatakan orang lain, bukan sekedar bukmun yang tidak dapat berbicara, akan tetapi lebih kepada bukmun yang tidak mampu mengerti. Bagian otak yang mengatur "languange comprehension" atau "word understanding" atau "understanding speech or using words" atau "naming sounds and noun" terletak di sebagian temporal dan parietal lobe, yang letaknya di antara pusat pendengaran dan penglihatan, sebagaimana yang diisyaratkan Al-Qur'an.
Ubun-ubun yang pembohong dan pendosa
Pernyataan menarik dikeluarkan oleh Al-Qur'an pada surah Al-Alaq (96) ayat 16, dimana Allah menyatakan naashiyatin kaadzibatin khaati-atin.
[96:13-16] Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling? Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya? Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya (bil-naashiyati), (yaitu) ubun-ubun (orang) yang mendustakan/berbohong lagi durhaka/berdosa (naashiyatin kaadzibatin khaathi-atin)
Naashiyatin kaadzibatin khaathi-atin secara literal berarti "ubun-ubun yang pembohong lagi pendosa". Naashiyatin yang diartikan "ubun-ubun" memiliki arti bagian puncak kepala di sekitar dahi, biasanya daerah di kepala yang biasanya ditumbuhi dan ditutupi rambut poni, seperti halnya daerah poni pada kuda. Jadi tidak hanya sekedar dahi tetapi juga daerah di kepala bagian depan yang bersinggungan dengan dahi, yang di dalam bahasa indonesia diistilahkan dengan ubun-ubun. Akan tetapi timbul pertanyaaan, apa maksudnya Al-Qur'an menyebutkan "ubun-ubun yang pembohong lagi pendosa" ? Mengapa "ubun-ubun" yang dinyatakan sebagai yang "berbohong" dan juga "berdosa" ?
Saat ini di ketahui, dan dapat pula di lihat pada gambar bagian otak di atas, bahwa bagian depan otak atau frontal lobes, yang mana terletak di bagian dalam ubun-ubun, bertanggung jawab mengontrol perilaku diri (self-control/behavioural control), berpikir (higher intelect), mengatur emosi (emotion control), yang merencanakan (planning), mengatur konsentrasi (concentration) dan mengambil keputusan dan pemecahan masalah (decision making and problem solving). Dengan kata lain, bagian otak inilah yang menjadikan setiap individu unik dalam segi sifat dan perilaku. Di dalam artikel http://www.thebrainlabs.com/brain.shtml#frontal dikatakan bahwa :
The frontal lobes in the most forward portion of the brain, just underneath our foreheads. This part of the brain occupies the largest portion of our brain, approximately one-third of the entire brain. The frontal lobes help us to control our thoughts, emotions and actions; they are what make us unique human beings.
Jadi jelaslah secara tersirat Al-Qur'an menyatakan bahwa bagian naashiyah inilah yang bertanggung jawab untuk segala tindakan dan keputusan yang diambil manusia termasuk di dalamnya tindakan mungkar manusia, sehingga bagi orang kafir dikatakan bahwa naashiyah mereka adalah naashiyah yang pembohong dan pendosa, karena naashiyah itulah yang memutuskan segala tindakan mungkar dan dosa mereka. Dikatakan pula, jika mereka tidak berhenti dari segala tindakan mungkar mereka, Allah akan menarik naashiyah mereka, sehingga mereka tidak mampu lagi berpikir.
Pada masa di mana Al-Qur'an diturunkan, sama sekali tidak diketahui mengenai struktur otak. Istilah frontal lobe sama sekali tidak di kenal dan tentu saja jika dikatakan di masa itu istilah "frontal lobe" maka tidak ada yang mengerti. Demikianlah Al-Qur'an menjelaskan dengan bahasa yang dimengerti di masa dia diturunkan dan bersesuaian dengan apa yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan di masa sekarang.
Wallahu a'lam
Maha benar Allah dengan segala firman-Nya