Thursday, February 3, 2011

Beranda » Moursi Bukan Presiden Mimpi

Moursi Bukan Presiden Mimpi

By: Nandang Burhanudin
****

Sungguh, Moursi presiden yang terus berjuang. Tak kenal lelah, dan tak larut dalam mimpi apalagi ilusi. Cita-citanya menjadi pribadi seperti akar terhujam dan kebaikannya tak pernah terputus. Menjadi jiwa yang cita-citanya membumbungkan tinggi mengangkasa seluas langit yang tak berujung. Namun, semua cita-cita dan harapan tinggi itu, didukung dengan amal nyata: bisa dimengerti orang pintar, dirasakan orang awam, dan terbukti di lapangan.
PM Mesir Hisyam Qandil, menghaturkan banyak terimakasih kepada warga Mesir yang berdiaspora di negara-negara asing. Mereka begitu gigih menyumbangkan harta, hingga lalu lintas devis yang masuk ke Mesir tahun 2012 saja meningkat 40 %.

Pemandangan sebaliknya, warga Kristen di dalam Mesir, justru beramai-ramai mengambil uang mereka yang disimpan di bank-bank Mesir. Bahkan Khalid Umar, operator PPATK mengatakan, ada migrasi transaksi penarikan uang yang tidak lazim. Hal ini semakin membenarkan isu bahwa pihak gereja memerintahkan warga Kristen untuk menarik tabungan mereka di bank, dengan target: ekonomi Mesir lumpuh.

Presiden Moursi saat ini benar-benar fokus membangun ekonomi Mesir pasca lengsernya Mubarak. 27 Desember 2012, sebuah pesawat kargo dari Swiss sukses mendarat di Cairo International Airport, membawa kargo uang dollar yang diprediksi pengembalian harta kekayaan eks para pejabat di era Mubarak. Ini menunjukkan, lobi Moursi sukses.

Tanggal 15 Januari, Moursi sudah mengeluarkan Inpres untuk menggali Kanal Suez di dekat Port Sa'id dan menjadikan kanal Suez sebagai Pelabuhan International terbesar mengalahkan Abu Dhabi sekaligus menjadi Zona Perdagangan Internasional. Proyek mercusuar ini diyakini menelan biaya 6.2 milyar pound Mesir (1 pound Mesir= 1500 Rp). Panjang pelabuhan 9 km, lebar 250 meter dengan kedalaman 18.5 meter.

Semua realita positif ini tidak akan muncul di media-media yang dimiliki kaum Liberal-Sekuler-Muslim ambigu. Malah di media-media oposisi, yang diisukan hanya berupa biaya tinggi dari proyek tersebut.

Lain halnya dengan Indonesia, tak sepeser pun uang yang raib dari kasus BLBI, kasus Edy Tansil, dan kasus-kasus pencurian uang rakyat negeri ini yang kembali. Bahkan harta yang tersisa pun juga dikorupsi ramai-ramai, belum lagi aset-aset devisa yang dibawa lari ke Singapore. Jadi siap-siap saja, di kemudian hari, akan ramai rakyat negeri ini yang kembali menjadi kuli di negerinya Moursi.