Aku berjalan beriringan bersama ke lima anakku, sedangkan suamiku sudah berjalan mendahului kami beberapa hari yang lalu dan belum kembali sampai detik ini.
Dengan terpaksa..aahh..bukan dengan terpaksa, tapi kami memang harus segera menyusul. Ya..menyusul ke sebuah penampungan yang jaraknya kurang lebih satu minggu dari sini, tapi disanalah makanan tersedia.
Tak ada pilihan buat kami selain berjalan menuju ke sana ditengah kekeringan yang super dahsyat ini. Namun aku tahu, Allah Azza Wa Jalla sedang menguji kami, dan kami sangat yakin bila kami dapat melalui ujian ini maka Allah akan memberikan kami kemuliaan.
“Ummi, aku capek.” Maria, anakku yang nomer dua merengek minta istirahat.
Dari tadi dia memang berjalan dengan anakku yang pertama,Ahmad dan Rahma, anakku yang ketiga. Ketiganya sudah lumayan besar sehingga aku bisa mengajak mereka berjalan. Sedangkan dua anakku yang lain, yang aku gendong di punggungku baru berusia 2 tahun lebih, Shantia, dan yang aku gendong didepan baru 8 bulan, Amar.
Kami memilih beristirahat di sebuah pohon kering, dimusim sekering ini sulit menemukan sebuah pohon nan rindang.
“Nak minum dulu,”aku memberikan beberapa teguk air pada Shantia, lalu meneteskannya pada Amar. Aku melihat perbekalan air kami yang makin lama makin menipis, meskipun aku pesimis akan cukup tapi aku tetap yakin pada pertolongan-Nya.
Secara bergantian aku memberikannya pada Rahma, sedangkan aku melihat Maria dan Ahmad merebahkan dirinya di sebelahku.
“Nak minum dulu?” aku membangunkan Ahmad dan Maria.
“Nak?” semakin keras aku mengguncang mereka, aku kira mereka terlalu kelelahan. Mereka masih bernafas, namun semakin pelan.Aku kian panik, sekeras apapun aku mengguncang mereka namun mereka tak bergeming sedikitpun. Rahma, Shantia dan Amar menatapku, mencari tahu apa yang terjadi.
Aku harus bagaimana? aku tak mungkin membawa mereka, tapi akupun tak mau meninggalkan mereka. Aku juga tak mungkin tetap di sini, membiarkan anak-anakku yang lain mati kelaparan.
Aku meneteskan air mata, yaa..aku harus memilih. Aku kembali melanjutkan perjalanan bersama ke tiga anakku yang lain, tapi hati ini tak ingin berpisah dengan Ahmad dan Maria. Aku kembali berlari ke arah pohon tadi dimana Ahmad dan Maria terdiam, kembali ku guncang mereka sekeras mungkin. Tapi tak ada gerakan sama sekali. Aku hanya mampu pasrah terhadap-Nya, aku titipkan mereka pada-Nya.
Aku kembali berjalan, sekali-kali aku menengok kebelakang, berharap Ahmad dan Maria tiba-tiba berlari ke arahku, namun itu tak terjadi. Aku merindukan mereka, tapi mungkin surga lebih merindukan mereka.
Aku berbisik pada diriku sendiri,”Maafkan ketidakberdayaan ummi, Nak. Surga telah menantikan kehadiran kalian, sayang!”
Air mata ini semakin mengering setelah beberapa hari mata ini tak berhenti meneteskan mutiaranya.
***
Apa yang engkau pikirkan tentang sang ibu tadi? ibu yang super tega sama anaknya? atau kasihan?
Kisah di atas saya angkat dari kisah nyata seorang muslimah Somalia yang kini sedang mengalami kemarau panjang, bahkan untuk seteguk minuman dan sesuap nasi mereka rela berjalan berhari-hari.
Saya sebagai seorang anak dan juga sebagai seorang ibu tentu saja dapat merasakan sakitnya gejolak hati sang ibu yang harus memilih anak yang mana yang harus hidup.
Kalaupun saya harus ada diposisi itu, tentu saya akan memilih hal yang sama dengan kisah di atas. Bukan karena saya tega membiarkan anak saya sekarat, tapi saya lebih memilih anak-anak saya yang lain untuk tetap hidup dan berjuang daripada nantinya semua harus menanggung kematian bersama tanpa ada perjuangan lagi.
Subhanallah…ummi, ibu, bunda, mamah, apapun sebutanmu untuknya tentu dalam hatimu telah tergores namanya. Tidak hanya karena apa yang dia berikan untukmu, tapi karena kasih sayangnya tak akan mampu terbalaskan dengan apapun.
Jihadnya untukmu seharusnya membuatmu berpikir, apa yang sudah kamu berikan pada ibumu bukan apa yang sudah ibumu berikan padamu?
Lihatlah dan rasakan ketika ibumu berjuang demi dirimu, sebelum melahirkan sampai melahirkan dia berjuang demi dirimu, ketika kamu belum bisa merangkak sampai bisa berlari dia berjuang demi dirimu, ketika kamu sehat sampai ketika kamu sakit dia berjuang demi dirimu. Semua itu karena cintanya padamu dan jihadnya untuk Rabb nya.
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kedua ibu bapakmu.” (Luqman:14).
Wahai ibuku…sinarilah kehidupan kami dengan nur Al Quran dan sunnah Rasulullah Alaihi Wasalam. Karena kau lah tempat tarbiyah kami dan tauladan kami.