Wednesday, February 2, 2011

Beranda » IM, Hasan Al Banna di Mata Abdullah Azzam

IM, Hasan Al Banna di Mata Abdullah Azzam

Upaya Pengembalian Kekhalifahan Islam Pertama Kali

Khilafah Utsmaniyah jatuh pada tahun 1924 M,. Upaya pertama kali yang dilakukan untuk mengembalikan kekhalifahan Islam dimulai tahun 1928 M, oleh gerakan Ikhwanul Muslimin yang dipimpin oleh hasan al Banna, mudah mudahan Allah merahmatinya…
Pada mulanya musuh musuh Allah tidak menyadari gerakan Hasan Al Banna, sehingga gerakan yang dipimpinnya tumbuh dengan pesat dan pengikutnya bertambah banyak. Wallahu Alam, yang Nampak oleh kami, Hasan Al Banna adalah seorang lelaki yang mukhlis dan benar. Kami menyangka memang demikian keadaannya. Kami tidak bermaksud memujinya di hadapan Allah, dan kami tidakberani memuji muji seseorang di hadapan Allah.

Meskipun umur Hasan Al Banna masih muda belia saat itu, yakini sekita 23 atau 24 tahunan, namun berkat charisma yang dimilikinya, maka dalam waktu yang relative singkat dakwah Al Banna disambut oleh putra putra Mesir yang terbaik.

Begitu Hasan Al Banna ikut terlibat dalam kancah perang Israel di Palestina, maka barulah musuh musuh Allah sadar akan bahaya yang bakal ditimbulkannya, mereka mengatakan,”Gerakan Islam bersenjata yang dipimpin Hasan Al Banna mengajak umat Islam untuk menegakkan kembali kekhilafahan Islam. Maka gerakan itu harus dibasmi!.”

Waktu itu Hasan Al Banna mengirimkan satu battalion sukarelawan ke Palestina. Sukarelawan tersebut melakukan long march (jalan kaki) dari gurun Sinai ke Palestina, ini terpaksa mereka lakukan setelah mereka dipulangkan dari Aman Jordan. Semula mereka berangkat ke Palestina menumpang pesawat , pesawat tersebut membawa mereka dari Kaioro menuju Aman, sesampai di Aman mereka diperiksa. Begitu kedatangan mereka diketahui sebagai sukarelawan muslim dari Mesir, maka pemerintah Jordan segera mengembalikan pesawat tersebut kembali ke Kairo, tak seorangpun dari mereka yang diperbolehkan turun. Mereka dipulangkan kembali ke Kairo oleh panglima Pasukan Jordan yang menjadiantek Inggris.

Akhirnya mereka memutuskan untuk masuk ke Palestina dengan jalan kaki, menyeberangi Terusan Suez, melintasi Gurun Sinai dan kemudian masuk ke kantong kantong persembunyian di negeri Palsetina. Dari situlah mereka melancarkan operasi penyerangan.

Begitu Hasan Al Banna melihat Palestina ingin di caplok Yahudi, sementara negeri negeri Arab yang berada di sekitarnya hanya diam dan melihat saja, maka dia mengirim telegram kepada pemimpin pemimpin Arab. Dalam telegram itu Hasan Al Banna mengatakan, “ Jika kalian memang benar benar serius dalam usaha kalian menyelamatkan Palestina maka izinkanlah saya memasukinya dengan 100,000 sukarelawan untuk membersihkan negeri tersebut dari orang orang Yahudi.

Isi telegram tersebut juga sampai kepada mereka yang mengadakan konferensi  internasional di Alaya. Maka pada hari itu juga  atau pada hari keduanya, duta Amerika, Inggris dan Perancis mengadakan sidang darurat di Fayed, sebuah kota yang terletak di sepanjang terusan Suez.

Mereka memutuskan untuk menghantam sayap kekuatan Ikhwanul Muslimin. Kemudian keputusan itu mereka kirimkan kepada Naqrasyi Basya, Perdana menteri Mesir, agar melaksanakan keputusan tersebut – bukan kepada raja Farouk yang memegang kekuasaan tertinggi di Mesir – Maka dimulailah aksi persengkokolan jahat mereka untuk menumpas Ikhwanul Muslimin. Kantor kantor jamaah ditutup, ribuan pemuda Ikhwan dipenjarakan dan sebagian petinggi Ikhwan dihukum mati. Namun pemimpinnya Syeikh Hasan Al Banna dibiarkan bebas akan tetapi diawasi dengan ketat.

Namun, sebelum dilaksanakannya keputusan ini, ada empat battalion sukarelawan Ikhwanul Muslimin dari Mesir berhasil masuk Palestina. Ditambah lagi 1 batalion Ikhwan dari Suriah yang dipimpin oleh Syeikh Musthafa As Siba’I , 1 batalion Ikwan dari Irak yang dipimpin oleh Syeikh Muhammad Mahmud Ash Shawwaf, 1 batalion Ikhwan dari Yordania yang dipimpin oleh Abdul Latif Abu Quroh.

 Pada hari perayaan ulang tahun Raja Farouq, terjadi usaha pembunuhan terhadap Hasan Al Banna. Usaha ini didalangi kepala intelijen istana Raja, Mahmud Abdul Majid. Mereka menembaki mobil yang ditumpangi Hasan Al Banna, yang akan memberikan ceramah di suatu tempat. Hasan Al Banna dan supirnya terluka, namun luka Al Banna tidak terlalu berat, hanya supirnya yang mengalami luka cukup serius. Hasan Al Banna menenangkan supirnya, “ Hanya luka ringan saja , Alhamdulillah”. Lalu dia turun dari kendaraan dan mencatat nomor mobil yang menembakinya.

Hasan Al Banna dibawa ke rumah sakit Qashr Aini (Rumah sakit Universitas Al Qahirah) dan dimasukkan ke ruang operasi.

Raja Farouq menghubungi petugas rumah sakit sewaktu Hasan Al Banna terbaring di ruang operasi, menanyakan pada mereka tentang keadaan Hasan Al Banna. Mereka menjawab, “Lukanya ringan”.

Maka Raja Farouq kemudian mengirim seorang perwira bernama Muhammad Washfi untuk membunuh Hasan Al Banna. Muhammad Washfi masuk ruang perawatan dan memerintahkan agar orang orang yang ada di sana keluar. Lalu dia menutup pintu ruangan  dan kemudian membunuh Hasan Al Banna di tempat itu juga.

Tak lama kemudian pihak Rumah Sakit mengumumkan wafatnya Hasan Al Banna. Lalu aliran listrik diputus dan jenazah Al Banna dipindahkan dengan kawalan tank tank yang berderet di sepanjang jalan dekat rumah sakit itu. Tak seorang pun diperkenankan untuk menshalati jenazah Hasan Al Banna, kecuali empat orang wanita saja. Jenazahnya dikubur dengan pengawalan yang sangat ketat dari pengawal Raja Farouq yang lalim.
(eramuslim)