Saturday, January 17, 2009

Beranda » Diet dan Kanker Prostat

Diet dan Kanker Prostat

Diet dan Kanker Prostat - Kanker prostat merupakan penyakit keganasan tersering pada laki-laki di beberapa negara Barat. Meski di Asia belum banyak dijumpai, dalam sepuluh tahun terakhir terjadi kenaikan kasus yang bermakna.

Risiko terjadinya kanker prostat ditentukan oleh dua hal yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Peranan lingkungan terbukti dari penelitian migrasi di mana ditemukan kenaikan insiden kanker prostat pada generasi pertama imigran dari Jepang dan Cina di Amerika Serikat.

Dari hasil penelitian tersebut dibuat hipotesis bahwa diet berperan sebagai salah satu risiko terjadinya atau meluasnya kanker prostat.

Penelitian pada binatang membuktikan bahwa diet bebas lemak dapat mengurangi pertumbuhan tumor ganas prostat. Sebaliknya, diet tinggi lemak menyebabkan pertumbuhan sel-sel kanker prostat lebih cepat.

Peranan lemak dalam meningkatkan risiko kanker prostat terjadi dengan beberapa mekanisme. Pertama, dibuktikan bahwa lemak dapat mempengaruhi kadar testosteron, suatu hormon yang diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel prostat baik jinak maupun ganas. Pria yang mengonsumsi sedikit lemak akan mempunyai kadar hormon testosteron yang relatif rendah.

Kedua, lemak adalah sumber radikal bebas, dan yang ketiga adalah hasil metabolisme asam lemak diduga merupakan zat karsinogenik. Contohnya adalah asam lemak tidak jenuh omega-6 yang dapat memacu pertumbuhan sel kanker prostat.

Korelasi antara konsumsi lemak dan risiko kanker prostat juga dibuktikan pada beberapa penelitian epidemiologik. Giovannucci dan kawan-kawan (1993) melakukan penelitian prospektif tentang hubungan antara diet dan kanker prostat. Penelitian ini membuktikan bahwa diet tinggi lemak meningkatkan risiko berkembangnya kanker prostat lanjut.

Selain itu, masih ada beberapa penelitian lain yang menunjang antara lain suatu studi kohort di Hawaii. Sayangnya, beberapa penelitian epidemiologik lain gagal untuk membuktikan hal serupa antara lain adalah studi prospektif di Norwegia.

Dengan demikian, walaupun banyak penelitian epidemiologik dan studi biologik yang membuktikan adanya hubungan antara diet tinggi lemak dan risiko kanker prostat, masih diperlukan tambahan penelitian epidemiologik untuk membuktikan hal ini secara pasti. (sumber)