Sudah kesekian kalinya pameran kerajinan tangan Indonesia digelar. Pameran yang bertajuk Inacraft itu memang telah menjadi ajang rutin bagi para perajin handicraft lokal memamerkan hasil kreasi mereka. Ajang itu juga sekaligus menjadi kesempatan bagi perajin lokal untuk memperluas pangsa pasar.
Keunggulan lain dari kerajinan tangan Indonesia sangat beraneka ragam dan bahari baku produk tidak perlu impor dari luar negeri. "Hal itu menjadi keuntungan tersendiri karena harga jual produk tidak akan terpengaruh oleh nilai dollar yang fluktuatif.
Ketika disinggung mengenai adanya perdagangan bebas ACFTA (ASEAN-China Free Trade Agreement), Rudy menyatakan sebenarnya para perajin kerajinan tangan Indonesia tidak perlu khawatir. Pasalnya, negara-negara tujuan ekspor kerajinan tangan tidak hanya melihat sisi harga, tetapi juga kualitas produk.
Lagipula banyak bahan baku untuk membuat kerajinan tangan tidak didapatkan di China. Kerang, misalnya, bahan yang banyak ditemukan di Tanah Air itu bisa dijadikan gelang atau lampu. Kalaupun Negeri Tirai Bambu itu membuat imitas-inya, produk yang dihasilkan akan sangat berbeda dengan produk asli made in Indonesia.
Saat ini, produsen kerajinan tangan yang tergabung dalam ASEPHI mencapai 2.500 anggota. Mereka tersebar di seluruh Nusantara. Selan memberikan pendidikan dan pelatihan, kegiatan ASEPHI juga mencakup pengadaan program promosi, salah satunya melalui pameran.
Apresiasi terhadap produk-produk kerajinan tangan Tanah Air ternyata tidak hanya datang dari konsumen dalam negeri, masyarakat mancanegara pun menggemari handicraft asal Indonesia. Hal itu bisa dibuktikan melalui peningkatan nilai ekspor kerajinan tangan Indonesia pada 2009.
Berdasarkan data dari Pusat Pelayanan Informasi Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, nilai ekspor produk handicraft Indonesia tahun lalu menembus angka 568 juta doUar AS. Jumlah itu meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 570 juta dollar AS.
Beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor produk kerajinan tangan Indonesia, antara lain Amerika Serikat (AS), Jepang, dan Prancis. Negeri Paman Sam merupakan tujuan ekspor utama kerajinan tangan Indonesia dan telah menyumbangkan nilai transaksi sebesar 221 juta dollar AS. Urutan berikutnya ialah Jepang dengan nilai transaksi 69 juta dollar AS, dan Prancis yang telah menyumbangkan transaksi senilai 51 juta dollar AS.
Menurut Rudy, para perajin harus aktif mengikuti tren yang diminati konsumen luar negeri. "Caranya, bisa dengan mendengar kemauan pemesan atau ikut pameran di luar negeri," katanya. Keikutsertaan para perajin dalam pameran di luar negeri didukung pula oleh pemerintah. (sumber)