KOMPAS.com - Banyak orang yang mengatakan segala permasalahan dalam hidup berpasangan akan terselesaikan setelah menikah. Ternyata itu semua tidak selamanya benar, justru ada beberapa permasalahan yang baru akan dihadapi setelah Anda memasuki perkawinan. Mau nggak mau, Anda harus menghadapinya.
Uang. Bagian yang paling sulit dari pernikahan adalah belajar menyatukan penghasilan di rekening bersama. Nah, Anda harus berkomunikasi satu sama lain dalam pemakaian uang tersebut agar tidak menimbulkan pertengkaran. Bila sebelum menikah Anda bebas menggunakan uang Anda untuk berbelanja, kini Anda harus memberitahu suami jika ingin membelanjakannya. Hal ini akan menjadi masa penyesuaian yang cukup sulit.
Kebebasan. Menikah adalah suatu keputusan besar, karena Anda harus merelakan diri untuk berbagi kehidupan dengan seseorang untuk selamanya. Akan ada masa di mana Anda merasa "terganggu" dengan keberadaan pasangan sepanjang waktu. Bagi mereka yang baru menikah, menukar kebebasan yang dimiliki saat masih lajang dengan ikatan perkawinan akan menjadi proses yang sangat berat untuk dijalani.
Hiburan. Menemani pasangan menikmati hiburan yang disukainya akan membutuhkan pengorbanan, terutama jika Anda tidak menggemari hiburan tersebut. Anda harus belajar mengalah pada pasangan. Misalnya, saat Anda berdua menonton acara televisi, mungkin Anda ingin sekali mengikuti kelanjutan kisah film seri favorit Anda. Namun pada saat yang sama ada pertandingan bola dari laga yang sudah ditunggu-tunggu oleh suami. Nah, di sini memang diperlukan sikap toleransi untuk mengerti satu sama lain. Agar suami tidak ketinggalan pertandingan penting tersebut, Anda bisa menunggu tayangan ulang dari episode serial kegemaran Anda.
Persaingan karier. Sebagian besar pertengkaran dalam sebuah pernikahan disebabkan adanya kesenjangan karier antara Anda berdua. Misalkan, suami hanya berstatus karyawan biasa, sedangkan Anda memiliki kedudukan tinggi di kantor Anda. Awalnya, suami mungkin tidak akan mempermasalahkannya. Namun lama-kelamaan, ego pria bisa terusik melihat pasangannya terus berprestasi dan gajinya semakin tinggi.
Barang-barang pribadi. Tahun pertama dalam pernikahan, Anda selalu diliputi pertengkaran karena pengaturan barang-barang pribadi. Anda mengharapkan suami memiliki standar yang sama dengan Anda. Misalnya, selalu merapikan lemari pakaian, meja kerja, atau menggunakan sabun mandi atau pasta gigi dengan cara Anda. Buat Anda hal ini sangat penting, sementara buat dia sama sekali tidak penting. Itulah yang akan memicu pertengkaran.
Pekerjaan rumah tangga. Tidak semua pria terbiasa melakukan pekerjaan rumah tangga, dan hal ini kadang-kadang merupakan kultur yang dibawa dari keluarganya. Contoh, pria yang dibesarkan oleh ibu yang berstatus ibu rumah tangga, atau yang datang dari keluarga dengan kultur pembagian jender yang kuat (anak laki-laki harus ke ladang, dan anak perempuan membantu di dapur), akan menuntut dilayani. Permintaan Anda agar dia ikut melakukan pekerjaan rumah tangga akan membuatnya canggung, atau bahkan tersinggung. Boleh saja Anda menuntutnya untuk berubah, tapi jangan berharap bisa berubah drastis.
Mertua. Hubungan dengan mertua bisa menjadi sulit, dan hal itu bukan disebabkan karena Anda memiliki masalah dengan mereka. Ini dapat dikarenakan, orangtua pasangan Anda bukanlah orangtua kandung yang mengenal Anda dengan baik, begitu pula sebaliknya. Maka, saat mereka ingin menghabiskan waktu bersama anaknya, akan ada kecemburuan yang terjadi. Atau, kecurigaan bahwa mertua ingin menyampaikan hal-hal buruk tentang Anda. Yang dapat Anda lakukan adalah memberi waktu agar Anda dan mertua saling mengenal lebih baik.
Sumber: Babble
Editor :
Dini
http://female.kompas.com/read/xml/2013/06/17/19550774/7.Fase.Paling.Menyulitkan.dalam.Perkawinan