Tuesday, January 13, 2009

Beranda » Kaku Sendi Berujung Kecacatan

Kaku Sendi Berujung Kecacatan

Kaku Sendi Berujung Kecacatan - Pernahkah Anda bangun di pagi hari dengan sendi yang terasa sakit dan kaku berkepanjangan?

Jika sendi Anda terasa sakit, jangan anggap remeh sebagai gejala rematik biasa. Pasalnya, kekakuan sendi yang berlangsung selama 20-30 menit atau bahkan lebih dari sejam, bisa jadi merupakan gejala yang mengarah pada penyakit kronik yang menahun, dikenal rheumatoid arthritis (RA).

Mulanya penyakit itu menyerang lapisan pembungkus sendi sehingga menyebabkan peradangan. Dalam jangka panjang, RA dapat mengarah pada kerusakan sendi dan menyebabkan nyeri kronik, gangguan hingga hilangnya fungsi sendi, bahkan kecacatan.

Peradangan pada RA sifatnya berat dan bisa mengenai beragamsendi. Bagian yang paling sering terkena adalah sendi-sendi kecil seperti pergelangan tangan, pergelangan kaki dan pangkal atau buku jari-jari.

"Uniknya, jika ada sendi yang sakit di tangan kiri misalnya, maka sendi yang sama pada tangan kanan juga akan sakit. Jadi, sifatnya simetris dan bisa serempak menyerang kedua belah sendi tadi," sebut konsultan rematologi dari RS Hasan Sadikin Bandung, dr Rachmat Gunadi SpPD (K) Rheum.

Kerusakan lebih lanjut dapat mengenai tulang rawan, ligamen, dan tulang sehingga menyebabkan perubahan bentuk dan gangguan fungsi sendi. Akibatnya, sendi tidak leluasa bergerak sehingga kegiatan sehari-hari seperti memegang sendok, menyisir rambut, dan mengancingkan baju sulit dilakukan.

Kendati RA banyak menyerang sendi dan tulang, ternyata sifatnya sistemik yang memengaruhi seluruh tubuh. Kalau menyerang organ lain seperti mata bisa timbul kemerahan, atau jika pada paru terjadi pengerasan.

"Bisa juga mengenai pembuluh darah dan menimbulkan borok, bahkan kematian di sebagian jaringan," papar Rachmat yang juga pengajar di FK Universitas Padjadjaran Bandung.

Salah besar jika mengira rematik hanya menyerang orang lanjut usia. Buktinya, RA sebagai salah satu jenis penyakit rematik justru paling banyak ditemui pada wanita muda usia reproduksi (20-40 tahun). Jumlah pasien RA wanita juga 2-3 kali lebih banyak dibanding pria.

Beberapa gen diduga berkontribusi dalam terjadinya RA, walaupun belum tentu RA diturunkan dari orangtua ke anak.

"Hingga kini RA masih banyak sisi gelapnya karena penyebabnya belum diketahui. Pernah ada kasus anak kembar yang dua-duanya terkena RA sehingga faktor genetik diduga berperan," ujar Rachmat.

Beberapa teori juga mengemukakan bahwa kekebalan tubuh berperan besar dalam kasus RA. Pada orang sehat, sel darah putih sebagai bagian sistem imun berfungsi melawan bakteri dan virus penyebab penyakit. Namun pada RA, sistem imun salah mengenali sel tubuh sendiri sehingga menyerang dan merusaknya.

"Ketika sistem imun melawan tubuh sendiri, akan timbul peradangan serius dan penyakit menahun. Sendi membengkak dan sakit," kata profesor bidang rematologi dari University of Santo Tomas Hospital di Manila Filipina, Sandra TG Victorio- Navarra MD FPCP FPRA.

Kondisi itu akan memengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan. Tak hanya rasa sakit. Bagian sendi yang terkena akan menonjol sehingga mengganggu tampilan. (sumber)