Thursday, January 1, 2009

Beranda » Hidup Penuh Tekanan Picu Depresi

Hidup Penuh Tekanan Picu Depresi

Hidup Penuh Tekanan Picu Depresi - Gaya hidup urban atau perkotaan diidentikkan dengan tekanan, berpacu dengan waktu, mengejar target membuat masyarakat rentan terhadap depresi.

Bayangan hidup di perkotaan serbaenak menjadi magnet tersendiri bagi pendatang. Tidak heran jika setiap tahun Jakarta dan kota-kota besar lainnya didatangi pendatang dengan harapan mendapat kehidupan yang lebih baik. Akibatnya, penduduk perkotaan memiliki corak masyarakat yang kompleks beserta masalah yang dihadapi.

Beberapa permasalahan sosial yang dihadapi masyarakat urban seperti biaya hidup tinggi, kemiskinan, kemunculan daerah kumuh atau liar, kemacetan, hingga pengangguran. Kompetisi antaranggota masyarakat menjadi sangat ketat untuk menjadi pemenang sebagai bagian dari kebutuhan hidup.

Faktor Penyebab Depresi

Urbanisasi atau perpindahan masyarakat desa ke kota inilah yang menciptakan lingkungan kehidupan perkotaan sangat individualistis, mengedepankan persaingan, dan sebaliknya kepedulian sosial menjadi menipis. Deretan masalah tersebut mengakibatkan masyarakat urban menjadi rentan stres dan frustrasi berkepanjangan.

"Kehidupan kaum urban seperti ini memicu stres pada masyarakat yang hidup di dalamnya," kata staf pengajar Bagian Psikiatri FKUI/ RSCM dr Suryo Dharmono SpKJ (K) dalam seminar "Masyarakat Urban Rentan Depresi?", beberapa waktu lalu.

Jika kondisi ini terus berlangsung, depresi menjadi sulit dihindarkan. Depresi diidentikkan untuk menggambarkan situasi kehidupan sosial yang serbaterpuruk. Salah satu gangguan kejiwaan ini memengaruhi suasana hati, tubuh, dan pikiran seseorang. Keluhan utama yang dirasakan seperti sedih, murung hampir setiap waktu.

"Setiap orang dapat merasa ?sedikit sedih' dari waktu ke waktu. Jika seseorang mengalami depresi, perasaan tersebut berlangsung selama beberapa minggu bahkan berbulan-bulan," ungkap Suryo.

Gejala klinis depresi meliputi suasana perasaan murung, kehilangan minat, kehilangan energi, kehilangan rasa percaya diri, pesimis, putus asa, gangguan tidur, dan gangguan selera makan. Selain gejala tersebut, seseorang yang mengalami depresi selalu dihantui perasaan bersalah.

Suryo menambahkan, masalah depresi dapat menyebabkan seseorang merasa bersalah tanpa alasan. "Depresi dapat menjadikan seseorang merasa tidak berguna meskipun telah melakukan pekerjaan yang menurutnya adalah yang terbaik," kata dokter kelahiran Magelang 18 November 1959 itu.

Depresi dapat menyebabkan seseorang tidak berminat terhadap hal-hal yang sebelumnya amat disukai. Selain itu, energi pun akan terkuras sehingga akan merasa letih dan lelah. Kondisi terparah dapat pula menyebabkan seseorang berpikiran untuk bunuh diri. (sumber)