Salah satu penyebabnya adalah karena wibawa orangtua yang kurang, sehingga mereka menjadi acuh terhadap isi pernyataan kita. Pun demikian, bukan berarti menjadi galak, karena wibawa bukan berarti mata melotot, nada keras, juga memerintah.
1. Disaat-saat tertentu seperti kesal, muram, atau bosan, nada suara kita ketika berbicara terhadap anak disesuaikan keadaan dan sangat dijaga, sehinga anda tidak menimpakan suasana hati anda kepada mereka. Hindari meninggikan suara pada hal-hal yang tidak penting atau tidak perlu, karena mereka akan sulit memahami isi pesan yang anda sampaikan.
2. Jangan pernah berkata kasar, negatif, terutama kata-kata kotor. Jangan pernah memberi sugesti yang negatif. Misalnya “kamu bodoh”, “kamu tidak mau diatur”, “kamu pemalas”. Sering-seringlah mengucapkan kata “Aku sayang kamu” terhadap anak kita agar tertanam di dalam hati mereka.
3. Ketika kita sedang memberi nasihat, usahakan pandangan mata sejajar menatap matanya. Misalnya sedang berdiri, berlututlah, agar anak tidak perlu menengadah. Tingkat yang tidak sejajar, memberikan kesan superior, dan akan membuat jurang.
4. Pilihan lain yang dapat anda lakukan adalah mengubah mimik wajah. Daripada meninggikan suara atau mengancamannya, ada baiknya memilih untuk mengubah ekspresi wajah. Kenyataannya yang tak dapat dipungkiri adalah ekspresi wajah kadang lebih “berbicara” daripada kata-kata. Misalnya, anak kita mulai melakukan sesuatu yang dia tahu dilarang oleh kita, kita cukup memanggil namanya dengan tegas, lalu menunjukan ekspesi tidak suka. Hal ini lebih effektif daripada mengeluarkan kata dengan nada tinggi.
5. Hindari perdebatan di depan anak, misalnya ayah tidak setuju dengan apa yang dilakukan ibu terhadap anak, maka janganlah ayah menegur ibu di depan anak, begitupun sebaliknya. Diskusikan berdua dalam ruangan yang berbeda, hal ini guna menghindari anak selalu mencari pembelaan, serta mendidik anak agar tidak gampang melarikan diri dari suatu masalah.
6. Berlaku adil dalam pengertian bahwa apabila kita berbuat salah, meskipun kecil, tetaplah meminta maaf kepada anak. Jangan takut dengan mengakui kesalahan dan meminta maaf kepada anak akan menjatuhkan wibawa, sebaliknya, justru orangtua yang tidak mengakui kesalahan akan kehilangan wibawa.
7. Bersikaplah konsisten terhadap peraturan-peraturan yang kita terapkan pada anak. Pengecualian bisa anda lakukan pada momen serta kondisi tertentu, misalnya aturan jam tidur pukul 8, tetapi ternyata sanak family kumpul di akhir pekan, maka jam tidur boleh anda mundurkan menjadi jam 9 malam.
8. Serta selalu dengar dan hargai pendapat anak secara positif. Selain menanamkan rasa percaya diri sang anak sekaligus rasa kepercayaan pada orangtua. Meskipun pendapat anak kita salah atau kurang tepat, kita tetap harus menghargainya secara positif. (sumber)