Monday, January 5, 2009

Beranda » Botox Bisa Menembus Sistem Syaraf

Botox Bisa Menembus Sistem Syaraf

Botox Bisa Menembus Sistem Syaraf - Beberapa peneliti telah mendapati bahwa 'botulinum neurotoxin' jenis A, yang lebih dikenal dengan nama 'botox', penghilang kerutan yang terkenal, dapat bergerak ke dalam sistem syaraf pusat setelah disuntikkan ke dalam kulit, demikian laporan dari 'The Journal of Neuroscience' terbitan paling akhir yang disiarkan Jumat.

Temuan oleh beberapa peneliti Italia tersebut telah mencuatkan keprihatinan baru mengenai bagaimana toksin itu bekerja dan apa konsekuensi tak diinginkan yang mungkin ada.

Efek Samping Suntik Botox

'Botulinum toxin' memutuskan hubungan antara sel-sel syaraf dengan merusak protein yang disebut SNAP-25. Gangguan itu melumpuhkan otol yang dikendalikan oleh sel-sel syaraf tersebut.

Benda yang lumpuh itu memungkinkan para dokter merawat beberapa penyakit seperti 'strabismus' (atau mata juling). Operasi plastik juga menggunakan dosis rendah untuk melumpuhkan otot wajah, sehingga garis dan kerutan jadi tak terlihat.

Satu tim peneliti Italia meneliti penggunaan potensial lain toksin tersebut, yakni untuk merawat epilepsi. Namun saat mempelajari dampaknya pada tikus yang menderita epilepsi, mereka menemukan bukti mengenai toksin pada kedua sisi otak hewan itu, sekalipun mereka hanya telah menyuntiknya di satu sisi.

Dengan menggunakan dosis yang sesuai dengan yang disarankan pada manusia, para peneliti kemudian menyuntikkan 'botulinum' ke dalam mata, dagu, dan otak pada tikus normal. Mereka melacak toksin itu, SNAP-25 yang tergantung, untuk melihat di mana dan bagaimana zat tersebut bergerak melewati sistem syaraf.

Dalam kasus 'botulinum' jenis A, jenis yang digunakan pada 'Botox', mereka mendapati bahwa rongsokan di sepanjang syaraf berasal dari tempat suntikan dan di syaraf yang berdekatan. Toksin itu bahkan mencapai bagian pangkal otak.

"Satu bagian penting toksin itu aktif di tempat yang bukan diperuntukkan baginya," kata Matteo Caleo, pemimpin peneliti tersebut. Percobaan itu adalah yang pertama yang memperlihatkan bahwa 'botulinum' bergerak. Namun, Christopher von Bartheld, ahli syaraf dari University of Nevada, mengatakan orang tak perlu takut. "Botox telah digunakan selama lebih dari 25 tahun dengan sangat sedikit komplikasi, kecuali anda kelebihan dosis."

Ia menambahkan bahwa kemampuan toksin itu untuk menyebar mungkin memiliki sisi positif, sehingga memungkinkan dokter mengobati penyakit yang berpusat di otak seperti epilepsi. (sumber)