Sunday, February 27, 2011

Beranda » AFRIKA DI BAWAH NAUNGAN ISLAM

AFRIKA DI BAWAH NAUNGAN ISLAM

Setiap diskusi tentang Afrika, selalu diidentikkan dengan kemiskinan, kekurangan makanan, kelaparan, dan perang saudara. Sejak Afrika diperebutkan pada abad ke-20 untuk mendapatkan mineral dan sumber daya oleh para kolonialis Eropa, benua Afrika dikerat-kerat hanya sebagai jalur pasokan sebagai usaha mereka untuk membangun koloni jajahan. Bagi para kolonialis Barat, Afrika adalah mahkota permata yang terlalu mahal untuk diserahkan.

Di sisi lain, Kaum Muslim memiliki sejarah yang terkenal di Afrika, inilah sebabnya 52% penduduk Afrika saat ini terdiri dari kaum Muslim. Islam datang ke Afrika Utara setelah Al Sham berada di bawah naungan Islam. Awal penyebaran Islam ke benua itu adalah melalui penaklukan Mesir. Mesir
dihuni oleh beragam bangsa, seperti Koptik, Yahudi dan Romawi. Demikian pula Afrika Utara adalah tempat suku Berber hidup di bawah dominasi Romawi. Bangsa Roma memandang Afrika sebagai koloni mereka dan melalui penguasa kaki tangannya mempertahankan cengkeramannya di benua itu.

Penaklukan di Afrika Utara dimulai pada tahun 663 M, dan kaum Muslimin segera membebaskan sebagian besar kota di Libya. Tripoli jatuh pada tahun 666 M dan 670 M umat Islam telah membebaskan Tunisia. Wilayah Maghreb, yang saat ini terdiri dari Libya, Tunisia, Aljazair, dan Maroko, dan secara kolektif dikenal sebagai provinsi Bizantium di Afrika yang akhirnya menyerah dan mengirimkan gelombang serangan yang mengejutkan ke seluruh wilayah Romawi. Hilangnya Mesir, yang merupakan pusat bagi Kekaisaran Romawi di Afrika, adalah kerugian Romawi yang tak ternilai.

Kota-kota terbesar di Afrika dan kerajaan-kerajaan terletak di Sahel, suatu wilayah gurun dan savana di selatan Sahara. Setelah 750 AD, kota-kota dan kerajaan-kerajaan muncul karena mereka berperan sebagai penghubung rute perdagangan di seluruh Afrika utara. Pada tahun 1300 M, kereajaan-kerajaan Sahel yang besar itu menjadi kerajaan-kerajaan Islam dan yang lebih penting, menjadi pusat-pusat pembelajaran Islam. Pada tahun 675 M, Afrika Utara berada di bawah kekuasaan Khilafah dan kaum Muslim telah menaklukkan semua wilayah yang berada di bawah kewenangannya, Khilafah bekerja untuk mengkonsolidasikan Islam dengan membangun ekonomi. Kaum Muslim membangun kota Qairouan (letaknya sekitar delapan puluh km sebelah selatan Tunis modern). Kota ini menjadi ibukota Islam Afrika. Awalnya lokasi ini adalah sebuah pangkalan militer, sebagaimana banyak basis militer lain yang kemudian menjadi kota-kota dan pusat-pusat pembelajaran.

Masjid Al Qayeawm (Jamil Uqba) dibangun oleh umat Islam dan menjadi pusat pembelajaran di seluruh tanah Islam. Pada abad ke-9 kota tersebut memikat para cendekiawan dari seluruh Dunia Islam. Imam Sahnun dan Asad ibn al-Furat yang juga belajar dari sana menjadi terkenal karena kontribusi mereka bagi ilmu pengetahuan dan filsafat. Cendekiawan Muslim dari Walata datang ke Timbuktu dan memperkokoh posisi Islam. Timbuktu menjadi pusat pembelajaran Islam, Universitas Sankore menjadi lembaga pendidikan yang berpengeruh, yang terdiri dari 180 sekolah Al-Quran dan terdapat lebih dari 100.000 naskah dalam mata pelajaran-mata pelajaran seperti astronomi dan botani.

Ada sejumlah kontribusi penting yang diberikan Islam kepada Afrika. Yang paling penting adalah kontribusi yang membuat penduduk melek huruf. Mesir dan kerajaan-kerajaan Nilotic dari Kushites dan Nubia memiliki tradisi panjang mengenai tulisan, dan penduduk Ethiopia telah memperolehnya tradisi ini melalui hubungan mereka dengan bangsa-bangsa Semit dari Arabia selatan. Tapi sistem penulisan ini tidak menyebar ke seluruh Afrika. Namun demikian, Islam sebagai agama, mempunyai perhatian luas untuk menyebarkan kemampuan menulis dan menyebarkan kemampuan melek huruf dimanapun ia berada. Banyak orang Afrika yang menguasai dua bahasa: bahasa ibu dan bahasa Arab, yang merupakan bahasa teks. Namun, hal ini secara bertahap berubah ketika Afrika mulai menggunakan huruf Arab untuk menulis bahasa mereka sendiri. Hingga saat ini, tulisan Arab adalah salah satu skrip yang paling umum untuk menulis bahasa Afrika. Dengan kemampuan menjadikan penduduk melek huruf, Islam membawa sistem pendidikan formal. Di Afrika Utara dan Sahel, system-sistim dan lembaga-lembaga akan menghasilkan pemikiran besar bagi Afrika dan juga bagi ilmu pengetahuan.

Afrika Hari Ini

Hari ini, Afrika adalah sebuah benua yang jauh berbeda dari keadaan di masa lalu. Perebutan pertama atas Afrika dimulai ketika Henry Stanley menyatakan Kongo River Valley adalah untuk Belgia. Perancis kemudian menginvasi Mesir dan membangun Terusan Suez. Inggris menginvasi Mesir untuk mengontrol terusan itu, yang penting bagi rute pelayaran mereka. Inggris dan Mesir kemudian mengambil kendali Sudan. Perancis mulai menjajah Tunisia dan Maroko. Italia mengambil Libya. Inggris berperang dan mengalahkan koloni Belanda (Boer) dalam rangka mendapatkan kontrol sumber daya Afrika Selatan yang kaya. Cecil Rhodes menjadi kaya karena berlian Kimberly, yang menghasilkan 90% berlian dunia pada saat itu. Pada awal 1900-an sebagian besar Afrika dikuasai oleh kolonialis Eropa. Hari ini, kekuasaan politik telah kembali terjadi di Afrika, Amerika yang kini sebagai kekuatan dunia terkemuka menggantikan pengaruh bangsa Eropa. Sementara kontrol atas sumber daya dunia telah jatuh ke tangan orang-orang yang berbeda, namun tujuan mereka tidak berubah.

Sementara kepentingan tradisional negara-negara kapitalis Barat di Afrika telah ‘siap panen’, berlian dan mineral lainnya, benua itu telah menjadi perhatian baru-baru ini karena penemuan minyak dan bertambahnya produksi minyak pada ladang-ladang minyak yang ada. Hal ini terjadi pada saat realisasinya telah menunjukkan ketidakstabilan pasokan minyak Timur Tengah di masa depan, karena bangkitnya Islam politik.

Afrika mewakili porsi yang sangat signifikan dari sumber minyak dunia. Negara-negara kapitalis sedang mempersiapkan bumi Afrika untuk dilakukan eksplorasi di darat dan di bawah laut, perusahaan-perusahaan minyak menyuap dengan jumlah uang yang signifikan kepada para pejabat pemerintah Afrika, meningkatkan pengeluaran militer bagi Pasukan Perdamaian Amerika di Afrika dan kunjungan presiden beberapa kali untuk mengamankan kesetiaan politik bagi ekspor minyak . Perusahaan-perusahaan minyak Barat dan pemerintah Afrika mimiliki gaya Kapitalisme yang sama dan karenanya kekayaan yang dihasilkan dari ekspor minyak cenderung beredar di antara mereka sendiri, dengan meninggalkan rakyat kebanyakan dalam keadaan lebih miskin, suatu fakta yang didokumentasikan oleh beberapa organisasi. Oleh karena itu, sebanyak apa pun sumber daya yang ditemukan di Afrika, kemiskinan akan terus menjadi bagian dari benua Afrika.

Sebaliknya, sistem Khilafah Islam yang terintegrasi dengan rakyat dan negeri-negeri itu diperintah oleh para negarawan dalam sistim Khilafah dengan berbaurnya dengan penduduk asli. Penyebaran Islam ke Afrika tidak didorong oleh keuntungan materi, namun tujuannya adalah menyebarkan pesan-pesan Islam dan nilai-nilai Islam yang mulia. Sistem ekonomi Islam memfasilitasi kesejahteraan penduduk Afrika melalui distribusi kekayaan. Perintah-perintah yang tegas dalam Islam untuk memastikan kekayaan agar tidak hanya berada di tangan orang kaya menyebabkan kekayaan mengalir ke seluruh masyarakat. Kompetisi internasional saat ini antara AS, Uni Eropa dan China pada perebutan lading-ladang minyak Afrika yang sangat besar dan sumber daya mineral lainnya adalah yang menyebabkan perlu kembalinya Khilafah Rasyidah yang kedua kalinya ke Afrika untuk menyejahterakan penduduknya.