Wednesday, May 8, 2013

Melirik Bisnis Desain Toples

KOMPAS.com - Dalam sebuah peragaan busana, sejumlah model turut membawa toples yang di dalamnya berhiaskan cahaya lampu. Pemilihan warna yang senada dengan busana, menjadikan toples ini ornamen yang menarik untuk dilihat. Desain toples bisa begitu menariknya, kok bisa?

Inilah bisnis yang dibangun oleh Aliifah Mahdy, lulusan desainer grafis Limkokwing University Malaysia. Katanya, toples dipilih karena ia ingin menciptakan suatu karya seni di luar media yang biasa digunakan oleh orang banyak seperti kanvas atau layar.

"Toples atau jars, punya nilai seni dan keindahan yang tinggi. Selain itu bisa berfungsi untuk wadah menyimpan apa saja, sesuai ukurannya," tutur Al, demikian ia biasa disapa, saat berbagi cerita di Kemang, Jakarta Selatan, Selasa (7/5/2013) lalu.

Sejak September tahun lalu, Al merintis bisnis desain toplesnya di bawah brand Lovelyjars. Sebelumnya, ketika orang hanya menggunakan toples untuk kue, ia sudah terbiasa menggunakan toples untuk menyimpan barang-barang lainnya seperti make-up, cotton bud, kapas, dan lainnya.

"Di awal berdiri, selama sebulan masih mengerjakan semuanya sendiri dari proses cari barang, eksekusi, marketing, dan lain-lainnya, kalau sekarang sudah ada beberapa orang yang bantu," ungkap perempuan berkerudung ini.

Untuk marketing, Al mengaku memanfaatkan hampir semua media sosial yang ada, seperti facebook, twitter, dan instagram. Sejauh ini, upaya itu efektif. "Social media benar-benar membantu sekali di penjualan, bisa dibilang kencang penjualannya dari sini," ujarnya sumringah.

Sambutan publik bisa dibilang membuat Al kaget karena di luar dugaan. Pertama kali ia mengunggah 15 toples di facebook, tak lebih dari 10 menit sudah ada yang mengajukan permintaan dan membeli semuanya. Dari situ, semangatnya makin menggebu.

"Aku langsung tahu kalau jars ini bakalan jadi one must have items dan memang banyak ternyata orang yang menginginkannya," tutur dia.

Selain jualan secara online, Al juga membawa Lovelyjars ikut bazaar-bazaar yang kerap digelar di Jakarta. Sejauh ini, ia mengaku tidak  menghadapi masalah begitu berarti dalam proses berbisnis yang ia jalani.

"Aku terlahir dari keluarga bisnis. Abah (ayah) aku Syarief Mahdy juga seorang businessman, kebetulan usaha beliau di bidang jamu sudah 50 tahunan. Biasanya aku berbagi atau curhat sama dia dan umi (ibu)," cerita Al.

Memulai usaha
Dalam menjalankan bisnis desain toplesnya, Al menggunakan toples dari luar negeri yang ia impor. Alasannya karena kualitas barang yang bagus. Ke depan, ia ingin memproduksi sendiri supaya tidak impor lagi.

Setelah beberapa bulan berjalan, sudah ada toples yang jadi best seller seperti toples dengan untaian kata seperti "love", "faith", "kiss". Yang bernuansa romantis atau bentuk bunga, kebanyakan digunakan sebagai hadiah.

"Banyak juga yang request untuk hiasan kamarnya sendiri, supaya tampak lebih cantik," ujar dia.

Sedikit bocoran, set jars yang paling laku adalah seri Snow White Disney serta desain Shio yang kalau dibeli oleh satu keluarga maka shionya bisa beda-beda dan diborong semua. Di luar itu, ada pembuatan motif sesuai permintaan.

"Maunya Lovelyjars ke depan akan dikemas dalam bentuk yang lebih beragam," ungkap Al.

Sampai saat ini sudah ada 13 bentuk toples dengan desain bagian atas lebih dari 250 buah. Harganya berkisar dari Rp 60.000 sampai Rp 200.000, sementara untuk satu set jars mulai dari Rp 1,5 juta sampai 2,5 juta. Selain jadi benda koleksi, toples ini bisa menjadi suvenir, cendera mata, dan hadiah.

Koleksi Lovelyjars sudah terdapat di dua lokasi, yakni di dia.lo.gue Artspace Kemang, dan Ria Miranda Prime Kemang. Disampaikan Al, ada kemungkinan Lovelyjars nantinya akan masuk ke pasar Bali. Ia juga berencana membuka Alf's Stuff Studio dalam waktu dekat.

"Motivasi berbisnis datang dari sekitar dan diri sendiri. Mikirnya jangka panjang, kalau sampai aku nanti nikah dan punya anak bisa kerja tanpa terkekang sama waktu dan bisa superdekat sama keluarga," tuturnya beralasan.

Dengan membuka usaha sendiri, Al juga merasakan bisa membuka lapangan pekerjaan buat orang lain, dan itu ia harapkan bisa membantu sekitarnya. Beruntung, apa yang ia lakoni sekarang adalah hal yang ia sukai sehingga ia jalani dengan senang hati.

Editor :

Dini


http://female.kompas.com/read/xml/2013/05/08/17563649/Melirik.Bisnis.Desain.Toples