Proteksi Industri Kerajinan Daerah - Pemerintah diharapkan bisa memberikan proteksi dengan penerapan regulasi yang ketat terhadap barang dari luar, seperti barang-barang kerajinan. Apalagi produk kerajinan daerah atau lokal selama ini masih kalah bersaing dengan produk luar baik dari sisi harga maupun desain.
Hal itu diungkapkan Ketua Asephi (Asosiasi Eksportir Produsen Handicraft Indonesia) Jawa Barat Yana Diah Kusu-mawati kepada "PR" di Bandung, Jumat (18/12). Menurut dia, saat ini produk kerajinan impor selain unggul dalam harga dan desain juga dalam pemasaran sebab produk mereka lebih berorientasi pada pasar.
"Jika ini dibiarkan tentu akan berbahaya bagi industri kerajinan lokal. Tapi meskipun dari sisi harga kita kalah, namun sisi kualitas kita masih bisa bersaing meski kadang kalah cepat dalam kreasi baru yang sesuai tren pasar," katanya. Yang lebih mengkhawatirkan, menurut Yana produk Cina sudah mampu menembus
pelosok-pelosok daerah di Indonesia seperti di Kalimantan, sementara produk kita sendiri belum bisa ke sana.
Menurut dia, ekspor industri kerajinan Jabar selama tahun 2009 diperkirakan mengalami penurunan sampai kisaran 40 persen sementara pasar lokalnya diperkirakan turun sampai 15 persen. Meski begitu diharapkan tahun 2010 industri kerajinan akan pulih dan bisa tumbuh sekitar 10 persen, meski harus berhadapan dengan pasar bebas.
"Sekarang di antara para perajin sudah sepakat untuk menjaga kualitas dan memperbanyak kreasi serta memberikan nilai tambah agar bisa bersaing dengan produk Cina yang sudah banyak di pasaran.
Agnes Tandia pemilik sepatu batik Kulkith, mengatakan para perajin harus bisa mengeksplorasi budaya masing-masing daerah yang memang secara kultural kuat sehingga tidak bisa disaingi pihak lain.
"Bila kita tidak berkreasi dan memanfaatkan kekayaan daerah sendiri, akan kalah bersaing dengan produk luar terutama Cina. Harga dan desain yang mereka miliki masih sulit untuk ditandingi, contohnya batik buatan Cina harganya bisa sampai Rp 7.000,00 per meter," ujarnya.
Sebenarnya potensi yang dimiliki Indonesia sangat beragam dan kaya, namun Agnes menilai perhatian pemerintah terhadap potensi daerahnya sendiri masih sangat kurang, padahal bila diberi perhatian dan dukungan potensi yang ada tersebut bisa memiliki potensi ekonomi yang besar. (sumber)