Dilansir Al Ahram (28/7/2012), pada hari Jumat Muhammad Ibrahim mengungkapkan lewat akun Twitter-nya bahwa ia menerima pencalonan sebagai menteri waqaf, menyusul pertemuan dengan Perdana Menteri Hisham Qandil.
Ibrahim adalah sekretaris jenderal dari Otoritas Hukum untuk Hak dan Reformasi, sebuah lembaga yang anggotanya terdiri dari sejumlah tokoh Salafi dan juga Al Ikhwan Al Muslimun, termasuk pimpinan Al Ikhwan Mesir Khairat Al Syatir.
Al Ikhwan mendukung Ibrahim saat pemilihan parlemen melawan mantan perdana menteri Mustafa Al Naggar.
Jabatan menteri waqaf berwenang untuk mengatur masalah terkait masjid dan lisensi dakwah bagi para dai.
Tidak semua kelompok senang atas pencalonan lulusan PhD Al Azhar itu sebagai menteri waqaf.
Kelompok Sufi dan liberal menuding Ibrahim akan menerapkan 'wahhabisme' di Mesir.
Tokoh liberal Mesir Ibrahim Al Hudaibi lewat akun Facebook-nya menuduh Ibrahim dicalonkan sebagai menteri waqaf karena kedekatannya dengan Khairat Al Syatir. Tuduhan yang kemudian dibantah oleh Ibrahim.
Al Hudaibi juga menuduh Ibrahim sengaja berpakaian seperti para ulama Al Azhar agar disangka orang beraliran moderat, padahal ia memegang 'ideologi Salafi'.
Mantan perdana menteri Muhammad Abu hamid, yang terkenal dengan sikapnya yang sangat anti-Islam, mengatakan pencalonan Ibrahim sebagai menteri waqaf membuktikan bahwa Al Ikhwan berideologi sama seperti Salafi yang menganut 'wahhabisme'.
Agak berbeda dengan kelompok Sufi dan liberal, Mustafa Al Naggar yang mengalahkan Ibrahim dalam pemilihan parlemen --yang kini dibubarkan mahkamah-- memberikan ucapan selamat kepada Ibrahim atas pencalonannya sebagai menteri waqaf. Ucapan selamat itu disampaikan Al Naggar lewat Twitter.