.Terimakasih kepada Anis Matta , karena kata konspirasi yang anda ucapkan telah (seharusnya) membangkitkan satu Kesadaran Baru bagi kita sebagai sebuah bangsa. Kesadara Baru, bahwa sebagai bangsa yang sedang tumbuh, akan ada “orang lain” yang memandang ini sebagai ancaman bagi “mereka”. Terlebih lagi, bangsa ini diperkirakan akan menjadi kekuatan baru di dunia.
Jadi, kata Konspirasi adalah Ide Besar tentang kesadaran akan musuh. Dan kesadaran ini adalah kesadaran yang mutlak harus ada pada setiap anak bangsa. Tidak boleh tidak. Sebab bangsa yang tidak pernah mendefenisikan musuhnya secara jelas, minimal akan menghadapi dua masalah besar.
Pertama, ia tidak akan menyadari bahwa dirinya sedang “dikerjai” oleh musuh. Tapi ia merasa bahwa hidupnya berjalan normal saja, tanpa ada apa-apa yang terjadi. Kedua, ia akan sibuk dengan urusan-urusan internal pribadinya, lalu merasa seolah-olah masalah-masalah itu ad masalah yang terlampau besar. Lalu, sebagai bangsa, akhirnya lupa bahwa kita harus terus menciptakan pertumbuhan demi “mencegat” ketertinggalan kita dari bangsa lain.
Sebelum Soekarno memunculkan ide tentang revolusi mlawan penjajah, bangsa ini hidup santai, tanpa sadar bahwa mereka sedang dijajah. Tapi kesadaran akan musuh yang dihembuskan oleh Soekarno, tiba-tiba membangunan mereka, bahwa sebagai bangsa, kita bisa berdiri di atas kita sendiri, dan tidak boleh dijajah oleh siapapun di atas tanah air kita ini. Lalu lihatlah, energi persatuan dari kesadaran akan musuh, telah mengantarkan bangsa ini pada kemerdekaannya.
Jadi jika Anis Matta disebut “Soekarno Muda”, maka dalam tema konspirasi ini, ia telah “mewakili” Soekarno. Ia menghentak kesadaran akan musuh itu kepada kita semua, sebagai sebuah bangsa.
Selamat berjuang pak Anis Matta. Saya tidak sabar menunggu-nunggu, sebagaimana yang pernah anda “janjikan”, bahwa Konspirasi ini akan Anda jelaskan di HUT RI mendatang. Sekali lagi, saya tidak tetarik untuk mendengar tentang Konspirasi kepada PKS, tapi bawalah tema ini pada kita semua sebagai bangsa. Agar bangsa ini, kembali berbaris rapi dan indah untuk menyongsong kehidupan yang lebih baik dan bermartabat dimata dunia
Salam cinta dari saya untukmu pak Anis Matta. “Himpunkanlah lagi, daun-daun yang berserakan ini”. Begitulah kalimat yg pernah anda tulis dalam sebuah buku Anda yang pernah saya baca beberapa tahun lalu