Pasalnya, kurikulum yang saat ini dijalankan, dikhawatirkan alokasi dana dari APBN dana 20 persen atau sebesar Rp200 triliun untuk bidang pendidikan akan sia-sia saja di gelontorkan. Karena tidak akan menghasilkan mutu pendidikan yang memadai.
"Karena tidak diajari tentang pendidikan finansial dan entrepreneurship maka ketika kita menjadi sarjana, satu-satunya prestasi yang bisa dilakukan adalah membuat surat lamaran kerja. Tidak pernah kita mendengar seorang mahasiswa kita lulus kuliah lalu membuka lowongan kerja," jelas Wakil Ketua DPR RI, Anis Matta, di hadapan para tokoh dalam acara safari Ramadan, di Solo, Jawa Tengah beberapa waktu lalu, Minggu (29/7/2012)seperti dirilis okezone.
Menurutnya, kurikulum yang saat ini diterapkan dinilainya hanya mendidik murid menjadi tidak mandiri dan tidak mampu mengelola kemampuan pribadinya.
Seharusnya sejak tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga perguruan tinggi, harus ada mata pelajaran maupun mata kuliah pendidikan finansial dan entrepreneurship.
Anis mengambil contoh entrepreneurship yang di tunjukan Nabi Muhammad SAW. Yang mana sejak kecil Nabi Muhammad mengembangkan kemampuannya dengan membuka jasa pengelolaan ternak.
Dari jasa pengelolaan ternak tersebut Nabi Muhammad SAW mampu membelikan mahar berupa 100 ekor unta.
"Bila satu ekor unta seharga Rp10 juta maka saat berumur 25 tahun, beliau saat itu berarti telah mempunyai harta Rp1 miliar untuk membeli unta. Ini contoh dalam mendidik anak-anak kita kedepan," papar Sekjen PKS tersebut.