Sunday, February 6, 2011

Beranda » TUMBUHAN DAPAT MENANGIS, BERPIKIR, MENJERIT, PUNYA PERASAAN, bagian 2

TUMBUHAN DAPAT MENANGIS, BERPIKIR, MENJERIT, PUNYA PERASAAN, bagian 2



Sayuran dan Buah-Buahan Bisa Menjerit Ketika Dipotong

Baru-baru ini ilmuwan Jerman mengumumkan, bahwa menurut hasil penelitian mereka, sayur-mayur dan buah-buahan bisa menjerit ketika diiris atau dipotong, lagi pula suara jeritan buah-buahan tajam dan panjang, dan bunga juga bisa berteriak menangis ketika diinjak.

Hasil penelitian mendapati, bahwa ketika daun atau tangkai tumbuhan dipotong, tumbuhan bisa
mengeluarkan gas yang mengandung etilena, dan melalui gas inilah mereka mengekspresikan penderitaan mereka. Di atas dasar-dasar inilah ilmuwan-ilmuwan tersebut menemukan cara mendengar suara tumbuhan. Mereka menggunakan berkas cahaya sinar laser membombardir molekul etilena menghasilkan gelombang suara, kemudian menggunakan pesawat penerima suara laser menerima gelombang-gelombang suara tersebut. Dengan demikian mereka dapat mendengarkan suara tumbuhan.

Seorang doktor yang turut meneliti dari Universitas Bonn mengatakan bahwa jika derita yang dialami tumbuhan semakin besar, maka sinyal atau informasi yang didapat juga semakin kuat. Seorang peneliti pernah menerima "teriakan" sebuah ketimun yang tampaknya normal. Awalnya, ia sangat bingung, namun setelah melalui pemeriksaan yang cermat, ditemukan bahwa itu adalah sebuah ketimun yang telah ditumbuhi jamur. Peneliti berpendapat, bahwa temuan itu mungkin sangat berarti bagi petani yang menanam sayur, tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan, karena kalau mereka bisa mendengarkan suara semacam itu setiap saat menemukan masalah tumbuh-tumbuhan, itu akan menghasilkan tanaman sayuran dan buah-buahan yang lebih baik.

Daya Ingat Tumbuhan

Ilmuwan dari Universitas ke lan meng, Perancis Marry Tessyph, beberapa tahun lalu, dengan menggunakan bunga kalendula mengadakan serangkaian percobaan membuktikan bahwa tumbuhan memiliki daya ingat.

Terlebih dahulu ia mengambil 2 pot bunga kalendula, pada tahap mereka baru saja bertunas, ia menusuk sebuah lubang kecil dengan jarum di atas daun sisi kiri bunga kalendula, serta membuang daun dan tunas pucuk bunga. Selanjutnya, Marry mengadakan percobaan lagi, dan kali ini ia memilih menggunakan bunga kalendula lagi, dan secara berturut-turut menusuk 2 kali dengan jarum.

Ilmuwan ini berpendapat, bahwa daya ingat tumbuhan dibagi dalam dua jenis: ingatan jangka panjang dan pendek. Di bawah prasyarat tertentu, ingatan jangka panjang tumbuhan lebih kuat dibanding ingatan jangka pendek. Percobaan Marry merupakan hal yang baru dan aneh, namun dunia ilmu pengetahuan tidak berhenti dihadapan percobaannya, masih harus mengadakan percobaan yang lebih banyak, karena bagaimana caranya tumbuhan mempertahankan ingatan ini? Apakah mereka memiliki sistem saraf? Ini semua merupakan teka-teki atau misteri yang belum terpecahkan.

Sistem Indera tanpa Otak

Banyak orang mengira tumbuhan tidak memiliki otak besar, tidak ada saraf, lalu dari manakah pemikirannya? Saya tunjukkan beberapa contoh pada Anda semua, kesadaran dan pemikiran manusia besar kemungkinan berdasarkan pengenalan yang umum atas ilmu pengetahuan kita sekarang, menganggap berasal dari otak besar, sebab kita memiliki otak besar, maka bisa berpikir, dan karena memiliki sistem saraf, maka memiliki kemampuan merasakan. Namun, ada juga sejumlah besar temuan secara klinis yang saling bertentangan dengan pengenalan demikian, atau tidak bisa menjelaskan pengenalan sekarang. Seperti misalnya, secara medis, semua tahu, terkadang anak yang baru lahir ada yang tidak memiliki otak, artinya ia dilahirkan tanpa otak, suatu yang cacat, suatu janin yang cacat. Anak seperti ini tidak bisa hidup, segera akan meninggal. Namun, juga ada faktor kemanusiaan, dan bahkan beberapa faktor lainnya, semua orang berusaha semampunya mempertahankan jiwanya beberapa waktu, artinya ada beberapa contoh kasus ini.

Ada sebuah contoh di Inggris, yaitu ketika mempertahankan kehidupan seorang anak tanpa otak di dalam ruang laboratorium, didapati bahwa meskipun ia tidak punya otak, namun bisa memperlihatkan beberapa reaksi pemikiran yang sama dengan manusia normal. Seperti misalnya, Anda menonton sebuah drama komedi di televisi, semua orang tertawa, mulut anak tanpa otak ini juga tersenyum menyeringai, bagaimana ia bisa tahu bahwa itu adalah drama komedi? Ia kan tidak berotak. Contoh yang serupa banyak sekali, tidak hanya satu. Ada sebuah contoh lagi, adalah seorang yang inteligensinya sangat tinggi, mungkin ia seorang jenius bidang ilmu pasti, kemudian ilmuwan menyelidiki otak besarnya, dan didapati otak besarnya juga cacat bentuknya, bahkan di bawah otak utama, yaitu di lapisan kulit otak, tidak ada susunan otak manusia yang normal. Namun, inteligensinya malah lebih tinggi daripada manusia normal. Selain itu, ada beberapa contoh lainnya, yaitu ada beberapa yang idiot dan inteligensinya lamban, bakatnya pada segi tertentu jauh melampaui orang normal, apakah hal-hal ini merupakan gambaran bahwa antara kesadaran dan kemampuan inteligensi hanyalah dibatasi oleh segaris benang di antara otak besar manusia, telah memberikan sebuah tantangan bagi pengertian manusia.
Kemungkinan besar kesadaran manusia, termasuk kemampuan bahasa dan kemampuan pikiran manusia, belum tentu semuanya dikendalikan oleh otak besar. Bahkan sebuah contoh baru-baru ini di majalah Times tahun 2001 juga memberitakan, bahwa di Amerika ada seorang peneliti yang meneliti sindrom parkinson dan demensia penuaan dini, fokusnya ditujukan pada biarawati di biara, karenanya ia berdiskusi terlebih dahulu dengan biarawati tersebut, dan di bawah kondisi bersedia bekerja sama dengannya, (sebab penelitian ilmu jiwa harus demikian). Biarawati-biarawati itu dengan sukarela memberikan otak besarnya setelah meninggal untuk diteliti. Akibatnya, peneliti mendapati sebuah hasil yang menakjubkan, pada umumnya semua tahu demensia usia lanjut, orang yang menderita penyakit ini hilang ingatan, hilang pengertian dan secara perlahan-lahan kehilangan kemampuan pemikiran manusia normal. Orang-orang yang mengidap gejala penyakit ini jika dilihat dari pembedahan, ditemukan sel saraf otaknya membelit menjadi satu, artinya otak besar mulai menyusut, mulai berubah bentuk, artinya ada sarang penyakit, akibat menyusutnya otak besar. Namun, terhadap biarawati-biarawati tersebut banyak yang hidup sampai seratus tahun lebih, dalam kondisi normal pikiran sangat jernih, kesadaran sangat jernih, dan bahasa juga sangat lancar, ekspresinya seperti orang yang berusia 60-70 tahun.
Setelah meninggal, ketika membedah otak besar, didapati otak mereka, dilihat dari susunan murni sama sekali tidak lebih baik dibanding otak orang yang mengidap sindrom parkinson yang sesungguhnya, artinya otaknya sudah seperti gumpalan kapas, sudah berantakan. Namun, saat orang ini hidup malah sedikit pun tidak ditemukan adanya gejala pernyakit demensia usia lanjut. Jika demikian, lalu dari manakah asal kecerdasan, daya ingat, dan kemampuan bahasanya? Sejumlah besar ilmuwan di dunia Barat sedang meneliti masalah ini.

Sistem Indera Perlu Otak dan Saraf ?
Ada sejumlah besar penelitian masalah ini, misalnya pengalaman menjelang ajal, dikatakan pasien yang mengidap penyakit jantung, jantungnya sudah tidak berdenyut lagi, gelombang listrik otak juga telah berhenti, namun akhirnya tertolong kembali. Namun, orang-orang ini terus mengingat kembali beberapa hal ihwal mereka setelah meninggal, bahkan melihat bagaimana dokter berusaha menyelamatkan mereka. Bahkan banyak orang yang meninggalkan kamar, pergi ke tempat lain, yang dilihatnya adalah nyata dan benar, akan tetapi pada saat itu gelombang listrik otaknya telah berhenti, tidak ada lagi aktivitas pikiran pada otak, bagaimana bisa ada gejala-gejala yang demikian?

Kenyataan ini telah mengemukakan sebuah masalah yang sama, yaitu pikiran manusia belum tentu bergantung pada otak besar. Jika demikian, kita kembali lagi pada masalah yang pertama, tumbuhan tidak memiliki otak besar, tidak ada sistem saraf, namun ini tidak bisa dijadikan sebagai alasan pasti untuk menyangkal bahwa ia memiliki pikiran. Terbukti bahwa gejalanya sudah ada di sana, tumbuhan memiliki reaksi terhadap sejumlah isyarat luar. Namun, reaksinya ini kemungkinan besar bukan bekerja seperti suatu sistem yang sudah kita pahami sekarang yaitu dari sistem saraf sampai ke sistem otak besar, sangat besar kemungkinan ada sistem lainnya, yaitu bentuk eksistensi materi yang tidak kita ketahui.
Sebuah contoh yang sangat nyata, semua orang pasti tahu, meridian dan pembuluh sekunder, dan semua orang juga tahu bahwa manusia memiliki dua macam ini, namun pembedahan sekarang malah tidak mampu menemukan adanya meridian dan pembuluh sekunder, akan tetapi tak seorang pun menyangkal eksistensi meridian dan pembuluh sekunder. Lalu, bentuk eksistensi materi yang bagaimanakah itu? Ini adalah sebuah hal yang sudah diketahui umum, adalah masalah yang tidak mampu dijelaskan secara ilmiah. Tidaklah bisa dikarenakan pembedahan tidak dapat melihat meridian lantas tidak mengakui eksistensi meridian dan pembuluh sekunder. Sama juga dengan pikiran, maka dari itu, jika kita benar-benar berani untuk membayangkan sejenak, sangat mungkin ada materi lainnya selain saraf otak besar, kita sekarang tidak dapat mengamati materi yang telah membentuk tubuh manusia. Seperti misalnya, meridian dan pembuluh sekunder merupakan sebagian di antaranya, namun mungkin juga ada otak besar dalam suatu bentuk lainnya, mungkin bukan dinamakan otak besar, mungkin adalah aktivitas pikiran manusia dengan bentuk eksistensi meridian dan pembuluh sekunder, yang juga menyandang fungsi kesadaran manusia.

Percobaan yang Perlu Komunikasi
Jika demikian, tumbuhan mungkin memiliki bagian benda tersebut, seperti penelitian akhir-akhir ini menemukan bahwa tumbuhan juga memiliki sistem meridian manusia, bahkan saat dideteksi, reaksi yang diresponsnya sama dengan meridian manusia, jadi semua benda-benda itu membuat kita menyadari bahwasannya saat kita meneliti masalah-masalah tersebut, kita seyogianya mempunyai sebuah sudut pandang yang baru untuk melihat masalah tersebut, lalu bagaimana mengadakan penelitiannya? Pada penelitian kesadaran yang kita lakukan terhadap tumbuhan, sama seperti ketika Anda hendak mengadakan penelitian psikologi manusia, terlebih dahulu Anda harus meminta bekerja sama dengan orang lain, jika orang tidak bersedia bekerja sama dengan Anda, maka percobaan Anda mustahil dapat dilakukan. Ketika mengadakan percobaan tumbuhan, apakah kita juga telah mempertimbangkan seyogianya meminta untuk bekerja sama? Berusaha semaksimal mungkin mengadakan komunikasi dengan tumbuhan, supaya ia bisa bekerja sama dengan baik untuk percobaan kita, tentu saja ini kedengarannya seperti dongeng anak-anak, bagaimana Anda berkomunikasi dengan tumbuhan?
Sebenarnya dalam sejarah memang benar-benar ada orang yang dapat berkomunikasi dengan tumbuhan, pada abad silam, kurang lebih tahun 1890, di Amerika muncul seorang pedagang bunga aneh, di dalam sebuah daftar bunga dan tumbuh-tumbuhan yang dijualnya, terdapat berbagai macam jenis bunga dan tumbuh-tumbuhan, di antaranya banyak bunga yang secara alami tidak tumbuh melalui penanaman silang atau pencangkokan. Buah yang bersemi pada tumbuhan tersebut sebagian asam dan manis, daun yang tumbuh aneka ragam bentuknya, lalu bagaimanakah pedagang bunga itu menyediakan bunga-bunga dan tumbuhan tersebut? Ia mengatakan: "Saya berkomunikasi dengan tumbuhan, meminta bagaimana bentuk pertumbuhan tumbuhannya." Maka tumbuhannya akan tumbuh sebagaimana yang diharapkan, ini kedengarannya sangat aneh, dan setelah itu orang lain juga tidak mampu mengulang apa yang dilakukannya, hanya dia yang sanggup melakukannya.

Masalah-masalah ini secara ilmu pengetahuan masih belum terpecahkan, saya pikir kita semestinya menaruh sebuah pemikiran yang terbuka, artinya jangan dikarenakan ada beberapa benda yang tidak dapat kita pahami sekarang, lalu menyangkal kenyataan tersebut? Kita sebagai manusia melakukan hubungan persahabatan, ketika kita meminta orang berbuat sesuatu, terkadang Anda pergi ke sana untuk memohon, mungkin semua orang pernah mengalami hal seperti ini. Anda pergi memohon orang itu dan berhasil memintanya untuk bekerja sama, namun jika orang lain yang meminta mungkin tidak akan berhasil memintanya untuk bekerja sama, lalu contoh sebelumnya yang dibicarakan di atas, yaitu: apakah pada perawatan bunga-bunga dan tumbuhan juga terdapat persoalan yang sama, dan tentu saja semua ini merupakan beberapa soal yang saya pertimbangkan akhir-akhir ini, dan di sini saya memanfaatkan kesempatan ini untuk bertukar pandangan dengan Anda semua, semoga bisa memperluas pemikiran manusia. Sebetulnya, banyak hal yang jika direnungkan dari sudut lain, terdapat sejumlah besar hal yang sebenarnya tidak sulit untuk dipahami, semuanya masuk akal, sayangnya penelitian arus utama ilmu pengetahuan kita sekarang masih belum secara sungguh-sungguh memberi perhatian terhadapnya. Namun seiring dengan pengejaran manusia yang tiada henti terhadap pengetahuan, saya pikir suatu saat nanti, semua masalah ini akan mendapatkan jawaban yang memuaskan.

sumber: Abduldaem Al-Kaheel dan Zhengjian.net