Wednesday, January 7, 2009

Beranda » Terapi Ozon Tingkatkan Transportasi Oksigen

Terapi Ozon Tingkatkan Transportasi Oksigen

Terapi Ozon Tingkatkan Transportasi Oksigen - Abimanyu (bukan nama sebenarnya), manajer di sebuah perusahaan farmasi swasta, mengaku terpukul atas hasil pemeriksaan kesehatannya. Pria berusia 35 tahun itu dinyatakan mengidap penyempitan pembuluh darah jantung, sehingga perlu dilakukan tindakan angioplasti koroner. Sebelumnya Abi mengalami nyeri dada di sebelah kiri dan fungsi seksualnya terganggu akibat disfungsi ereksi (DE).

Pola makan Abi sangat buruk, sehingga berat badannya mencapai 78 kg. Ia sering mengonsumsi lemak berlebihan, merokok, dan kerap minum alkohol. Tekanan darahnya 170/90 mmHG, kadar gula darah puasa 89 mg/dl, kolesterol total 295 mg/dl, trigliserida 245 mg/dl, HDL hanya 25 mg/dl, sedangkan LDL 175 mg/dl.

Beruntung, ia mendapat informasi seputar terapi ozon dari artikel kesehatan yang dibacanya di sebuah rumah sakit. Abi pun mendatangi Klinik Medizone, yang memberi layanan terapi ozon bio-oksidatif aphaeresis.

Abi menjalani terapi ozon bio-oksidatif aphaeresis secara intensif dengan Dr. Mulyadi Tedjapranata. Ia pun melakukan perbaikan pola hidup dan makan. Ia menghentikan kebiasaan merokok dan minum alkohol, dan mulai teratur berolahraga.

Hasilnya, rekaman medisnya yang baru menunjukkan peningkatan kualitas kesehatan. Ia juga mampu melakukan aktivitas seksual secara normal seperti sebelumnya.

Tunda Penuaan Dini

Tubuh manusia butuh sekitar 10.000 liter oksigen per hari agar semua organ bisa berfungsi dengan baik. Oksigen yang tersedia di udara, terutama di perkotaan, sudah tercemar berbagai limbah beracun. Akibatnya, oksigen yang kita hirup tidaklah bersih.

Menurut Dr. Mulyadi, paparan polusi di Jakarta, ditambah kebiasaan hidup tak sehat, membuat berbagai zat beracun, sampah metabolisme, dan bermacam radikal bebas menumpuk di dalam tubuh. Akibatnya, kadar oksigen di dalam darah menjadi rendah.

Dr. Mulyadi mengungkapkan, seorang ahli biologi molekular, Stepen A. Levine, Ph.D, membuktikan bahwa pada setiap penderita penyakit berat didapati status oksigen yang rendah. Dikatakan, hipoksia atau kekurangan oksigen di dalam jaringan tubuh, diyakini menjadi pemicu berbagai penyakit degeneratif dan proses penuaan dini.

Terapi ozon diyakini bisa meningkatkan kemampuan transportasi oksigen dari hemoglobin darah serta meningkatkan ketahanan dan kelenturan sel darah merah. Terapi ozon juga membentuk peroksida, termasuk alkoxyl, peroxyl radicals, singlet oxygen, ozonides, carbonyls, dan alkens, yang menghilangkan plak penyebab penyempitan pembuluh darah bagi penderita hiperlipidemia dan hiperkolesterolemia, yang bisa menyulut stroke dan jantung koroner.

Kegunaan lain dari terapi ozon adalah menonaktifkan bakteri, virus, jamur, dan protozoa dengan cara merusak selaput pelindung kuman. Dengan demikian, kuman penyebab hepatitis atau herpes mudah dihancurkan sel-sel tubuh.

Terapi ozon juga sanggup mencegah proses penuaan dini melalui peningkatan enzim pengikat radikal bebas (glutathione peroxidase, catalase, dan superoxide dismutase), menghambat metabolisme sel tumor, meningkatkan kekebalan tubuh, serta memacu reaksi krebs cycle, yang berakibat meningkatnya persediaan energi ATP. “Energi ATP adalah sumber tenaga untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia,” katanya.

Dua Macam Terapi

Di kliniknya, Dr. Mulyadi menawarkan dua macam terapi ozon. Pertama, Polyatomic Aphaeresis (PA). Metode ini diistilahkan sebagai EBBO (Extracorporeal Blood Circulation Against O2-O3). Caranya, mengambil darah dari pembuluh darah balik di lengan, lalu mengalirkannya ke dalam tabung dialiser yang khusus diberi ozon sesuai kebutuhan.

”Darah hasil terapi dikembalikan lagi ke dalam pembuluh darah balik di lengan lainnya. Dengan kecepatan aliran 90 cc per menit, dalam waktu satu jam dapat diterapi 5.400 cc darah,” tutur anggota World Association Sexual Medicine ini.

Darah yang telah dibio-oksidasi, warnanya lebih cerah karena mengandung oksigen lebih banyak dari sebelumnya. Sebaliknya, kandungan radikal bebas dan sampah metabolismenya telah dinetralkan.

Metode kedua, menurut anggota Indonesian Association for Ozone Therapy ini, adalah Auto Hemo Therapy (AHT). Dengan metode AHT, hanya 150 cc darah yang dikeluarkan dari pembuluh balik, lalu segera diberi ozon dengan konsentrasi 27-40 mcg per ml. ”Setelah warnanya merah cerah, darah segera dimasukkan ke dalam pembuluh darah balik,” katanya.

Semua alat dan mesin yang digunakan pada terapi ini adalah teknologi Jerman dan telah dipatenkan di Amerika Serikat. Semua alat medis bersifat personal, steril, dan sekali pakai, sehingga aman digunakan. “Tak ada risiko kontak dengan darah orang lain,” katanya lagi.

Mantan kepala Penerangan dan Pelatihan di RS Sulianti Saroso ini menganjurkan penderita DM dengan gangguan DE untuk menjalani terapi sebanyak 10 kali, dengan rentang waktu seminggu sekali. Sementara perokok yang ingin membersihkan darahnya, cukup melakukan terapi sebanyak lima kali. (sumber)