Wednesday, January 7, 2009

Beranda » Gelombang Kejut Hancurkan Batu Ginjal

Gelombang Kejut Hancurkan Batu Ginjal

Gelombang Kejut Hancurkan Batu Ginjal - Perubahan gaya hidup dan pola makan diperkirakan menjadi pemicu utama meningkatnya kasus batu ginjal di Indonesia. Ada beberapa terapi untuk menghancurkan batu ginjal, satu di antaranya penggunaan gelombang kejut atau Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL).

Seperti halnya penyakit menahun lain, batu di ginjal sering tidak menimbulkan keluhan khas. Pegal atau linu di sekitar pinggang disertai berkemih kemerahan atau keluarnya batu atau butiran pasir bersama urin merupakan keluhan yang banyak dijumpai.

Meski belum ada data resmi, diperkirakan di Indonesia gangguan ini cenderung meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup dan pola makan. Kenyataan ini diperparah oleh ketidaktahuan penderita. Maklum, keluhan ini sering tersamar atau dianggap pegal linu biasa akibat tarikan otot maupun penyempitan saraf tulang belakang. Padahal, nyeri pinggang akibat batu ginjal tidak berkaitan dengan gerakan tertentu, seperti mengangkat barang berat atau bekerja keras.

Dr. Bernard S. Tjandra, Sp.BU, dari RS Pluit Jakarta, menjelaskan keberadaan batu diketahui dari pencitraan melalui pemeriksaan ultrasonografi atau rontgen khusus untuk saluran kemih, yaitu intra venous pyelography (IVP). Dari pemeriksaan ini dapat diketahui lokasi, jumlah, ukuran batu, dan kondisi saluran kemih. Gambaran bendungan menandakan adanya ancaman gangguan fungsi ginjal, yang jika dibiarkan dapat menimbulkan kerusakan.

Tanpa Rawat Inap

Salah satu penentu derajat kerusakan ginjal adalah lamanya bendungan berlangsung. "Disarankan tidak menunda waktu untuk mengeluarkan batu tersebut. Satu hal yang perlu diperhatikan, jangan menganggap penyakit sudah sembuh jika keluhan nyeri atau pegal menghilang. Hal itu justru menandakan fungsi ginjal sudah buruk," ujarnya.

Saat ini ada berbagai penatalaksanaan untuk mengusir batu ginjal. Tindakan paling minimal adalah dengan alat pemecah batu dari luar atau Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL).

"ESWL merupakan prosedur memecahkan batu ginjal atau batu ureter dari luar tubuh menggunakan gelombang kejut. Batu akan menjadi pecahan halus yang dapat keluar bersama air seni. Terapi ini tidak merusak jaringan tubuh di sekitarnya, apalagi menimbulkan luka, sehingga pasien tak perlu rawat inap, cukup diberi obat penghilang rasa nyeri atau bius lokal," tuturnya.

Metode ini, ditegaskan Dr. Bernard, merupakan pilihan terbaik penatalaksanaan batu ginjal tanpa operasi. Cara lain yang konservatif memiliki keterbatasan karena hanya untuk batu saluran kemih yang berukuran lebih kecil dari 5 mm dan belum ada komplikasi. Selain itu, pasien juga dianjurkan minum banyak dan diberi obat pelancar kencing (diuretika).

ESWL generasi terbaru seperti yang ditawarkan RS Pluit, menggunakan teknologi Econith-3000 dari Madispec, memakai generator electro hydraulic (spark gap) yang memiliki akurasi tinggi. Lokalisasi batu dapat dilakukan dengan USG dan X-ray (fluoroscopy).

Selain itu, alat ini memiliki bar pressure tinggi dengan focal zone (area tembak) yang lebih luas, sehingga mampu menghancurkan batu berukuran di bawah 2 cm atau jauh lebih besar dibanding cara konservatif.

Tak Cukup Sekali

Dr. Ali Suyono Purwito, Sp.BU, menambahkan bahwa ESWL sempat menjadi pilihan favorit di beberapa negara, padahal dalam penggunaannya tetap ada takaran tertentu. Di antaranya ada batasan penyinaran atau penembakan dengan gelombang kejut dan tidak bisa dilakukan dalam rentang waktu yang pendek.

"Setidaknya dalam sekali tindakan hanya dibatasi 3.000 sampai 3.500 tembakan atau memakan waktu kurang lebih satu hingga 1,5 jam. Selain itu, diperlukan rentang waktu dua minggu bagi pasien untuk menerima terapi dengan ESWL kembali," ungkapnya.

Spesialis bedah umum dari RS Pluit ini menegaskan, meski tawaran ini memiliki tingkat efektifitas tinggi, akan tidak berarti jika batu ginjal sudah berukuran lebih dari 2 cm. Untuk kasus batu ginjal yang besar, tetap harus dilakukan operasi.

Pilihan pertama adalah percutaneus nephrolithotripsy (PCNL), yaitu membuat lubang kecil di pinggang dan batu dipecahkan lalu diambil melalui lubang tersebut. Pilihan kedua, operasi terbuka dengan luka juga lebih besar. Keduanya memerlukan pembiusan dan dilakukan di kamar operasi. Pasien juga harus dirawat selama beberapa waktu.

Meski tidak ada batasan terapi dengan ESWL, untuk sekali tindakan diperlukan biaya sekitar 4,5 juta. Parahnya, terapi penghancur batu ginjal ini biasanya tidak cukup sekali. Tawaran ini tentu lumayan mahal. Apalagi, meski telah dilakukan penembakan dengan gelombang kejut, risiko batu ginjal muncul lagi tetap saja ada.

"Selanjutnya memang sangat tergantung masing-masing individu, terutama menyangkut gaya hidup dan pola makan. Perlu kesadaran sejak dini untuk memenuhi konsumsi air setidaknya 8 gelas sehari," kata Dr. Ali Suyono Purwito, Sp.BU. Jadi, bila ingin terhindar dari gangguan batu ginjal, pilihlah gaya hidup dan pola makan sehat seimbang.

Pria Lebih Berisiko

Tidak tahu apa penyebab pastinya, kebiasaan makan dan gaya hidup pria cenderung lebih tidak sehat daripada wanita. Fakta itu mendorong risiko batu ginjal pada pria jauh lebih tinggi. Mengonsumsi makanan tinggi purin (hati, usus, otak, dan udang) dalam jumlah berlebih dapat mengakibatkan tingginya kadar asam urat dalam urin. Begitu pula jika kita mengonsumsi makanan kaya kalsium dan oksalat secara berlebihan.

Dalam kaitannya dengan komponen makanan, dikenal ada dua jenis batu ginjal, yaitu berkalsium dan nonkalsium. Batu yang mengandung kalsium terdapat tiga jenis, yaitu kalsium oksalat, kalsium oksalat dan urat, serta batu kalsium fosfat. Yang termasuk batu nonkalsium adalah asam urat, struvit, dan batu sistin.

Berdasarkan berbagai hasil penelitian medis, diketahui bahwa pasien batu ginjal terbanyak adalah penderita batu ginjal kalsium (70-76 persen). Laki-laki lebih banyak daripada wanita, dengan perbandingan 2-3:1. Makanan kaya kalsium, oksalat, protein hewani, purin, dan garam perlu dikurangi. Sebaliknya, konsumsi air putih mesti diperbanyak.

Guna mencegah terbentuknya batu ginjal biasakan:

1. Membatasi asupan kalsium, terutama makanan kaya kalsium seperti ikan salmon, sarden, keju, susu, es krim, kol, serta lobak. Dianjurkan membatasi asupan makanan seperti tepung kentang yang dicampur susu, sup memakai krim, dan makanan yang diolah dengan susu, keju, atau cokelat (kakao).

2. Membatasi oksalat. Oksalat dalam air kemih yang terbanyak berasal dari dalam tubuh (endogen), makanan, serta dari hasil metabolisme vitamin C. Dari makanan porsinya hanya 10 persen, tetapi angka ini sudah cukup menuntut kewaspadaan kita untuk tidak asal santap makanan kaya oksalat. Makanan tinggi oksalat misalnya teh, bayam, cokelat, atau kacang-kacangan.

3. Mengurangi konsumsi protein hewani.

4. Membatasi asupan garam, terutama bagi penderita batu kalsium dan urat. Jangan mengonsumsi garam lebih dari 6 gram per hari.

5. Minumlah banyak air putih. Makin kurang minum air putih, makin kurang pula air kemih yang terbentuk. Jumlah yang dianjurkan adalah yang dapat menghasilkan minimal 2 liter air per 24 jam. Untuk ini diperlukan sedikitnya 2-3 liter per hari dan terbagi rata selama sehari. Sekitar 35 persen penderita batu ginjal minum air kurang dari 1 liter per hari. Semua jenis minuman pada dasarnya diperbolehkan kecuali susu, teh, dan yang dapat menyebabkan ekskresi oksalat tinggi. Yang paling bagus tentu air putih. (sumber)